Sabar ya Di, mungkin ini kejadian yang paling berat yang pernah kau alami, semoga besok di lain hari tak datang yang lebih berat. Kehilangan pekerjaan, tak ada biaya untuk pengobatan atau sekedar tes untuk memperjelas status, positif atau negatif, dan stereotip tetangga karena isu miring covid. Ah, sudahlah Di, Mas juga mengalami hal buruk, semua job-nya dibatalkan, tak boleh ada pemotretan, dengan alasan kesehatan, ahh kasihan Di!
"Silakan kopinya mbak," seorang pramusaji membuyarkan lagi lamunannya
"Eh, kopi?"
"Iya mbak, silakan, ini kopinya, mumpung masih panas."
"Oh ya, terima kasih," balas Jean
Slurpp....
Kopi itu pahit mbak, seperti lautan badai yang tak hendak hentikan lajunya, berat. Panjenengan bisa lihat atau baca yang seperti di media masa pandemi akhir-akhir ini. Aku tak bisa berkoar-koar lagi, beranjak, berdiri, lalu membisikimu, "Aku kuat, aku kuat mbak, do not worry, semua job ku hilang, batal, proyek juga, mo cari bantuan? Non sense!
"Uhuk." Jean tersedak, kalimat "kopi itu pahit mbak..." yang tiba-tiba saja melayang di depan matanya menambah luka. Jemarinya melemah. Grrr.. grrr... Telepon genggam yang berada di atas meja bergetar-getar, seolah berkata padanya, "Sudahlah..."
"Halo Di, bagaimana.. bagaimana kabarmu? Sabar ya, sabar ya..."
Masih terdengar lembut alunan lagu sendu, "There can be miracles when you believe. Though hope is frail, it's hard to kill. Who knows what miracles you can achieve. When you believe, somehow you will. You will when you believe*...." Sebutir air mata jean lagi-lagi jatuh, luruh... Â
.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!