"Ayo sandarkan bahumu, luruskan punggungmu," katanya sambil memperlihatkan deretan angka, 0 0 2 6, tanda tengah malam telah lewat beberapa menit putaran jarum jam.
"Apa?"
"Sudah..."
"Oh ya," Dia tertawa dalam hati. Buset! Tak biasanya jam dindingku romantis, gumammya.Â
Plak! Bantal bau meninju jam dinding. Si empunya tubuh hanya bisa menggerutu, melihat tuannya berlalu menuju pojok kamar untuk berganti pakaian. Siap tidurkah?
"Hai, berat ya? Sini biar aku yang bawa"
"Enggak sih, gak pa pa kok, lihat itu, bentar lagi sampai"
Dua depa lagi sampai, gumam Galang. Matanya melirik singkat wajah ayu sobat satu kayuhnya. Â Duh, cantik sekali dia, aku jadi nggak bisa bicara ha ha ha ha....
"Apa hayo? Kok ketawa sendiri? Aku jelek ya?"
"Eh enggak kok, itu, itu tadi tiba-tiba aku ingat buku catatanku yang tertimpa kuah soto di kantin sekolah kita," elak Galang.Â
"Kamu tu ya, kok yabawa-bawa buku ke sana"