“Apa?”
“Ya, meskipun tak sejentik nyamuk pun miliknya hilang setelah kuambil semua”
“Seperti ini?” kata seorang lelaki sambil menjentikkan jemarinya waktu itu di depan muka Nas. Kalau tidak salah ingat, lelaki itu kemudian memberi Nas sebuah perumpamaan tentang sebuah nama yang mustahil untuk ditemukan pun dicuri hartanya. Lalu ia diperlihatkan banyak hal tentang harta yang berhasil ia curi dan bagaimana menggunakan harta-harta itu untuk merebut hati banyak dunia... sehingga makin banyaklah harta yang ia punya, juga... tentu saja kuasa akan dunia.
“Apa?”
“Ha ha Nas, Nas, kau makin kerdil saja!”
“Hisap! Hisap! Hisap! Sampai mampus kekerdilanmu itu, kekerdilanmu itu! Kekerdilanmu itu!”
“Auuu, aduh!” Nas tersadar dari lamunannya. Batang tingwe yang habis terbakar hingga membakar jemari yang menyadarkannya. Sayup-sayup terdengar derap langkah orang-orang yang sama, yang kembar, yang... ah! Mirip dengan orang kaya baru itu! Apakah mereka, apakah mereka, apakah mereka? Nas tiarap menyembunyikan dirinya bertepatan dengan banyak pencuri-pencuri aneh lewat beberapa jengkal dari dirinya. Pada mereka terlihat harta yang tak pernah hilang meski dicuri, tak pernah habis meski diambil, tak pernah salah meskipun disalahgunakan...
“Aduh, aduh, aduh,” Nas mengaduh pelan takut terdengar oleh gerombolan itu, lalu sebait duri ia lepaskan dari dalam dada sambil berkata,
“Ku panggil dia A”
“Kau panggil dia A”
“Ia yang mencuri dari A untuk mendapatkan harta dunia...”..