.
Siang yang mendung, dedaunan yang berada di halaman depan rumah nampak kehitaman diterpa angin dingin beraroma air. Jam dinding menunjukkan pukul duabelas lebih delapan menit, ibu nampak asyik menjahit baju-baju pesanan dari pelanggan setianya. Udara dingin yang bertiup tak menciutkan semangatnya untuk menyelesaikan pesanan yang mulai menumpuk.
“Drdrdrdrdrrr...” bunyi mesin jahit
Wajah ibu nampak bersemu merah menahan dingin yang menyambar-nyambar dari balik jendela ruang kerjanya. Diambilnya sebatang jarum jahit untuk menggantikan yang telah usang pagi tadi.
“Diam... diamlah jiwaku...” sambil memasang jarum jahit ia bersenandung kecil
“….
Biaskan bayangmu padaku lampu-lampu minyak
sebab tak ada lagi rasa yang ia punyai
seperti kerdil pohon kelapa di halaman rumah kakak
tak hendak belajar namun selalu saja berbangga hati...”
.