“Eh pak Jo, kok gratis? Ngawur saja kau itu, ini, kembaliannya buat pak Jo saja”
“Ah bapak kan pak gurunya Ika, anak saya he.. he.. he..”
“Ya sudah, anggap saja uang itu buat jajan sama beli buku Ika ya pak Jo?”
“Siap pak guru, makasih, permisi pak guruuu”
“Oke ati-ati pak Jo!”
Kepala terasa agak ringan, sesaat setelah berbincang dengan pak Jo, salah satu orang tua muridku. Sambil menyeruput kopi pahit panas, kubuka lembar depan koran sore itu,
“Hah?”
“Astaga?”
“Tak mungkin!”
Kakiku melangkah cepat mengambil buku catatan kumalku, lalu mencocokkan kejadian yang aku catat, dengan Headline harian sore tersebut,
“Pak bupati beralih profesi menjadi badut Senayan setelah kalah pemilu kedua, pak Abram calon anggota legislatif kampung kami tertangkap sedang “main proyek” dengan anggota dewan yang terhormat...”