[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]
Judul: Kancil yang Membunuh Harimau
Â
Â
Kang Parna punya teman, temannya punya kawan, kawannya punya adik, adiknya miliki sobat, yang sering buat Sam bergidik. Kabar-kabur tentangnya seperti kilatan pedang yang melayang diantara kegelapan malam. Siapa yang bisa melihatnya? Tanpa pertolongan night eyes sangatlah mustahil, bahkan dengan diafragma sangat lebar seperti f/1.2 pun aku pikir...
Suatu ketika aku mengantarkan Sam ke tempat kang Parna punya teman, temannya punya kawan, kawannya punya adik, adiknya miliki sobat itu, bukan untuk mencoba sensasi ketakutan yang luar biasa rasanya (maaf, hampir sama dengan orgasme), namun hanya untuk memastikan, bahwa dia masih hidup, huhhh...
Memang dia tidak besar, tidak kekar, tidak sangar, hanya seperti... perempuan kecil macam aku ni lah! Namun siapa sangka di tangannya yang dingin, sesosok Sam dengan follower besar dan keinginan tinggi bisa mati, duh...
Tunggu! Sam belum mati! Sam masih hidup, kalau ia mati, lalu siapakah yang aku hantarkan kepada kang Parna punya teman, temannya punya kawan, kawannya punya adik, adiknya miliki sobat? Astaga, aku ingin berkaca sebentar, mencuci muka kemudian, dan menyebut kebesaran sang nabi, amin.
Kini, setelah semua menjadi terang dan bersih, sebersih jam dinding di pojok ruangan yang sudah berdentang duabelas kali, aku menjadi mengerti, bahwa Sam ternyata memang sudah mati, meninggal, wafat, tewas! Dan baru saja aku sadari bahwa kang Parna punya teman, temannya punya kawan, kawannya punya adik, adiknya miliki sobat... memang sangat menakutkan! Bahkan dengan diafragma sangat lebar seperti f/1.2 pun aku pikir...
(Ia adalah penjagal besar berbadan kecil)
Â