[caption caption="http://feelgrafix.com/782800-cute-love-wallpapers.html"][/caption]
Limapuluh empat hari bersamamu
Lihatlah bulan yang berada tepat di atas kepala...
cahayanya yang lembut seakan-akan kini jadi lelah,
lalu segera saja jatuh ke dalam pelukan perasaan yang gundah...
Cecaplah sejenak, rasakan harapan yang terdampar di depan mata,
yang satu terasa menyesak dan kecewa, yang lain terlihat takut dan ragu-ragu
Seperti banyak bintang di atas sana
yang mulai enggan berpendar menyapu angkasa biru
Kafe itu masih ada di sana Pet (Peter), berdiri dengan kokoh, anggun, dan selalu membuatku teduh. Sama seperti dirimu, yang selalu menyihir mulutku agar terkunci, lalu gagu, dan salah tingkah selama beberapa menit lamanya. Satu yang kini membuatnya tampak beda adalah kau, kau yang sudah tak ada di sini, meskipun aku masih dapat merasakan keteduhan itu.
Hari ini tepat lima puluh empat hari sejak terakhir aku bertemu denganmu, dan aku ingin sekali 'tuk sejenak mengulang peristiwa itu, meski tanpa kamu. Di sini Pet, di meja ini, di bangku ini, yah, persis sama seperti saat itu, waktu 'ku bisa berdua denganmu. Wajahmu sungguh memesonaku, hingga tak terasa aku terus saja melamun tanpa menyenduk sedikit pun nasi dan lauk, lalu tersadar dengan muka memerah saat kau kagetkan aku,
“Hei, hayoo.. nglamunin siapa hayo?”
Klinting
“Eh ih. Eh enggak kok..”
“Hi.. hi.. hi..”
Duh Pet, tawa kecilmu itu, sungguh beda sekali dengan tawa pria lain. Aku tak tahu mengapa, namun tiap kali ku dengar tawa kecilmu, dunia seperti dijatuhi dedaunan musim semi yang teduh sekali dan buatku semakin betah untuk berlama-lama denganmu.
Oh, iya ini aku bawa sekantung kecil khayalan yang akan aku buang ke dalam es teh manis yang sudah tersaji. Lusa bila kau menemukan catatan kecil ini, yang jauh dari sebuah surat yang indah dan romantis, aku mohon simpan dan bacakan untukku ya? Bukan sebuah permintaan yang berat kan? Ah sudahlah Pet, aku tak mau berlama-lama lagi, es teh manis ini sudah lama kuaduk dan siap kutenggak dengan penuh kelegaan.
Bye Pet, beruntungnya aku bisa bertemu dengan seorang pria sepertimu....
“...............................”
Sreekk...
“Hai!”
“.............................”
“Mengapa kau berlaku gila seperti ini?”
“Aku..........”
***
"Ah?" Peter tersadar dari lamunan masa lalunya. Di depannya mulai terlihat jelas masa kini yang berupa nisan sederhana bertuliskan: Beth, ia mulai terisak. Selembar surat kecil dari yang terbaring di bawah nisan telah basah oleh tetesannya.
“I am sorry..... I love you....”
Dilipatnya surat kecil itu, disimpan rapi dalam kotak kecil dari kayu, lalu tanpa sungkan ia berjongkok mencium nisan itu, memeluknya sejenak dengan penuh haru, kemudian melangkah pulang.
There is no way back for me this time..
Jogjakarta, 12 Juli 2015
@ds
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H