Sebenarnya ga ada yang spesial hari ini, kecuali kalau mau dibilang bahwa hari ini weekend. Tapi weekend kali ini saya ga libur, dan bagi saya itu juga ga masalah. Lagian, mau kemana juga... Demam, panas dingin seharian, kerjaan saya tinggal dan membuat pegawai keluarga saya rada kelimpungan ngerjain semua sendiri, termasuk masak.
Saya ga mau menyebut satu-satunya pegawai di usaha kecil keluarga saya sebagai pembantu. Bagi saya, mba satu ini highly talented bgt, serba bisa dengan pengalaman yang juga luar biasa. Cuma karena nasib aja akhirnya dia balik ke Indonesia setelah bertahun-tahun kerja diluar negeri sebagai TKI. Ga nanggung-nanggung, di beberapa negara sekaligus dengan berbagai macam bidang pekerjaan.
Lalu, kerja diluar negeri bertahun-tahun, duitnya kemana? Teman dekat saya pernah tanya begitu waktu saya ceritain soal mba ini. Semua buat biaya berobat orang tuanya, itu aja. Kedua orang tuanya udah ga ada, udah meninggal. Dari Malang dia merantau sendirian ke Kalimantan, ketemu laki-laki yang jadi suaminya sekarang, dan tinggal ga jauh dari rumah saya.
Itu sekilas tentang orang yang sungguh sangat amat membantu meringankan pekerjaan dirumah saya. Dan sekali lagi, saya ga mau menyebutnya sebagai pembantu karena pekerjaannya memang bukan pembantu rumah tangga.
Sebenarnya hari ini saya mau makan soto. Tapi, karena ga kuat nahan demam, ga lama abis bikin roti saya langsung minum obat dan tidur. Kenapa soto? Karena besok (Minggu, 16/9) kami ada pesanan untuk pelanggan lama yang waktu pengerjaannya menyita lebih banyak waktu. Paling ngga, soto bisa dipanasin untuk dimakan besok. Efisiensi aja, biar ga buang-buang waktu.
Akhirnya, mba itu bikin bubur Manado. Rada aneh, karena dia bukan orang Manado, dan ga ada satupun anggota keuarga saya yang berasal dari Manado (paling ngga, setau saya sejauh ini belum ada). Tapi itu salah satu menu favorit saya, karena berisi banyak sayuran. Saya bukan vegetarian, cuma lebih suka sayuran aja kalau ada.
Dulu, saya menganggap kalau cuma almarhum Ibu saya aja yang bisa bikin masakan seperti ini. Kemarin saya memang bilang ke mba itu kalau saya pengen bgt makan bubur Manado, karena sejak awal November tahun lalu sejak Ibu saya sakit sampai akhirnya meninggal akhir Maret lalu, dan sampai sekarang, saya hampir ga pernah pilih-pilih menu makanan untuk dirumah.
Bubur Manado itu memang menu makanan yang cukup sentimentil bagi saya. Selain saya merasa kalau cuma almarhum Ibu saya yang bisa membuatnya sesuai dengan selera saya, saya juga pernah lama bgt ga menikmati menu ini.
Saya baru pulang kerumah April 2010 lalu, setelah hampir 9 tahun di Surabaya. Sejak 2004, saya samasekali ga pernah pulang. Waktu saya pulang, 10 April 2010, saya minta dimasakan bubur Manado itu.
Lalu hari ini mba yang kerja dirumah saya bikin masakan yang menurut saya cuma bisa dibuat oleh almarhum Ibu saya. Dan ga berbeda, hampir identik dari segi bahan dan rasa.
Kadang, suatu hal sepele memang bisa mengingatkan kita kepada suatu kenangan yang ga mungkin lagi ada. Termasuk menu makanan dirumah saya hari ini... Sejak Ibu saya ga ada, saya hampir ga percaya ada orang lain yang bisa bikin masakan sehebat Ibu saya.
Biasanya saya, seperti manusia lainnya, makan karena perasaan lapar dan kebutuhan. Tapi ada beberapa menu yang kadang membuat kita berpikir, bernostalgia, atau bahkan merasa seolah-olah kita kembali ke suatu masa yang udah berlalu.
Sentimentil? Ya. Dan kita memang butuh perasaan seperti itu... mengingat seseorang yang pernah ada dalam hidup kita, melalui sebuah menu makanan.
_____
08:40 PM 15/09/2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H