Mohon tunggu...
Djatmiko Saputro
Djatmiko Saputro Mohon Tunggu... -

Lahir di Grenjengan, sebuah desa kecil di tengah hutan, masuk wilayah Boyolali, Jawa Tengah. Menghabiskan masa kecil di seputar hutan jati Boyolali dan Grobogan, pindah sekolah dan melalui masa remaja di Semarang, Kuliah di Teknik Kimia UGM dan sekarang kerja di kilang minyak Pertamina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenalkah Kita dengan Pahlawan Kita?

13 Januari 2010   12:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habis baca forum tetangga yg ribut masalah gelar pahlawan, jadi ide awal utk nulis ini, sebelum bobo, sesuai petunjuk Om Jay, dan kebetulan tadi habis minum wedang jahe

Kita mempunyai banyak pahlawan nasional.  Semua pahlawan kita, yg saat ini sudah meninggal, mendapatkan gelar pahlawan nasional atas jasa2 yg telah disumbangkannya bagi negeri kita.  Namun demikian pahlawan2 kita jg manusia yg (hampir) pasti mempunyai kekurangannya masing2.

Saya rasa, dan semoga perasaan saya tidak salah, gelar pahlawan adalah bentuk penghargaan atas jasa2 pendahulu kita, tentu dalam perannya masing2.

Pahlawan dalam benak saya adalah pendahulu kita yg dalam suatu/beberapa hal kita kagumi sumbangsihnya, kita percaya dedikasinya, kita yakini komitmennya, dan karenanya patut menjadi acuan, teladan dalam menjalani hidup, menyulam masa depan tanpa memasungnya, memenjarakannya dalam kerangka2 ideal yg kita tetapkan, mencerabutnya dari akar kodratnya sebagai manusia yg tak luput dari kekurangan dengan persyaratan mutlak kesucian ilahi yang saya percaya tidak ada yg bisa mencapainya secara utuh, hanya sebatas mendekatinya dan bergerak terus mendekatinya

Pahlawan adalah predikat, adalah sudut pandang menggunakan sensasi indrawi yg terbatas, dan karenanya tidak pernah utuh, sehingga kita tetapkan kriterianya, agar kita tetap mempunyai teladan, mempunyai acuan ideal sehingga bisa belajar selalu dari sejarah yg (saya percaya) niscaya tidak pernah ideal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun