Siapa sangka jika Prof. Simuh pernah ditolak ketika mendaftarkan diri di UGM? Setelah pengalamannya itu, Simuh memutuskan untuk mengajar sebagai guru di bidang Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Madrasah. Mulai dari sinilah Simuh setiap malam belajar Ilmu tentang Nahwu-Shorof dengan guru Bahasa Arab di Madrarah asal Temanggung, Ali Bashar.Â
Atas dasar motivasi dari Bapak Ali Bashar dan semangatnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, Simuh melanjutkan pendidikannya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN) Fakultas Ushuluddin sembari mengajar sebagai Guru Agama di SMP Darma Putra di Desa Rejondani.
Setelah lulus dengan gelar Sarjana pada tahun 1963, Simuh mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Canberra University, Australia. Â Awal 1980-an, Simuh menyelesaikan program doktornya dengan disertasi berjudul "Mistik Islam Kejawen Jawa Raden Ngabei Ronggowarsito, Studi tentang Wirid Hidayat Jati". Simuh kemudian dikukuhkan sebagai guru besar pada tahun 1996.
Pendidikan hingga Karier
Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Simuh sempat mendapat penunjukkan sebagai  pengampu mata kuliah tasawuf oleh Prof. Mukti Ali (Dekan Fakultas Ushuluddin pada saat itu). Penunjukkan ini tak lain karena dosen pengampu mata kuliah tasawuf yang seharusnya mengajar sedang berhalangan hadir, maka Simuh kala itu diminta untuk mengampu mata kuliah tersebu.
Pada tahun 1972-1976, Simuh menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin. Tahun 1978, Ia diangkat sebagai dosen tetap mata kuliah Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam pada Fakultas yang sama. Selanjutnya pada tahun 1980-1984, Ia ditetapkan sebagai Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat.Â
Berkat ketekunannya, Simuh dipercaya untuk menjabat sebagai Dekan di Fakultas Ushuluddin selama dua periode (1984-1992). Berkat dedikasinya itu, pada tahun 1992 Simuh diangkat sebagai 'orang nomor satu' IAIN Yogyakarta sampai dengan tahun 1995. Terbukti mampu membawa IAIN Sunan Kalijaga ke arah yang lebih bagus dan dapat diterima di semua golongan, Simuh dipercaya kembali menjabat sebagai Rektor untuk periode 1995-1998.
Tepat 5 Tahun
Simuh meninggal dunia pada hari Rabu petang, 27 Mei 2015 setelah sempat mengalami gangguan kesehatan karena faktor usia. Sebelum meninggal, Simuh sempat dirawat di RS Bethesda sejak Senin, 18 Mei 2015. Simuh meninggalkan satu istri, dua putri, dan tiga putra. Semasa hidupnya, Simuh dikenal sebagai orang yang sederhana dimata para koleganya. Pit ontel kesayangan Simuh menjadi saksi bisu yang digunakan tuannya sebagai moda transportasi ngantornya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H