Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Timbangan Buku "Demokrasi Kita"

4 Maret 2021   16:14 Diperbarui: 4 Maret 2021   16:29 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Timbangan Buku

Demokrasi Kita

Oleh: Mohammad Hatta

Ketika tulisan Mohammad Hatta 'Demokrasi Kita' secara bersambung dimuat dalam beberapa media cetak tahun 1960, saya masih seorang pelajar SLTA. Saya ikut membaca dan mencoba memahaminya. Waktu itu saya berpendapat, ada perbedaan pandangan tentang Demokrasi Indonesia antara Mohammad Hatta dan Presiden Sukarno. 

Saya juga bertanya dalam hati, apa pandangan mengenai demokrasi boleh berbeda antara satu dengan lain tokoh di negara yang sama. Atau perbedaan itu terjadi antara satu dengan lain negara karena latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. 

Yang saya ingat, Presiden Sukarno jalan terus dengan Demokrasi Terpimpin yang digagasnya, tidak peduli dengan kritik Hatta yang juga sahabatnya itu. Tulisan Hatta tentang Demokrasi Kita itu sempat dibukukan, tapi  dilarang terbit oleh penguasa Orla karena bertentangan dengan ajaran Pemimpin Besar Revolusi/Presiden Sukarno.

Belum lama cucu saya, Aksara Syahreza, menemukan di internet buku 'Demokrasi Kita' diterbitkan oleh penerbit  Sega Arsy, Bandung, cetakan kesembilan, April 2018. Tinggal dua buku, saya membelinya satu dan mengajak pembaca mengingat kembali suasana pelaksanaan  Demokrasi Indonesia pada masa itu.

Hatta secara rinci menjelaskan perbedaan antara Demokrasi Barat  dengan Demokrasi Indonesia. Dasar Demokrasi Barat adalah individualisme sedangkan dasar Demokrasi Indonesia adalah kolektivisme. 

Ketika tokoh-tokoh politik menerapkan demokrasi  yang liberal dengan sistem kabinet parlementer, terjadilah krisis. Kemudian Presiden Sukarno melakukan tindakan-tindakan politik sebagai akibat  krisis itu.

Di antara tindakan Presiden Sukarno yang dinilai Hatta bertentangan dengan semangat demokrasi adalah membubarkan Konstituante, Juli 1959, sebelum tugasnya membuat UU Dasar  baru selesai. 

Kemudian dengan sebuah dekrit dinyatakannya kembali ke UU Dasar 1945.DPR yang ada berdasar UUDasar 1950 dan tersusun menurut hasil pemilu 1955 diakui sebagai  DPR Sementara sampai  terbentuk DPR baru berdasar UUD 1945. Sungguhpun tindakan Presiden itu bertentangan dengan Konstitusi dan merupakan kudeta, dibenarkan oleh partai-partai  dan  suara terbanyak dalam  DPR. 

Tak lama kemudian Presiden Sukarno membubarkan DPRS dan menyusun DPR baru menurut  konsepsinya sendiri. DPR baru ini, selain anggota-anggota partai politik, juga menyertakan kaum fungsional yaitu: buruh, tani, pemuda, wanita, ulama, cendekiawan, tentara dan polisi. DPR baru beranggota 260 orang ini semuanya ditunjuk oleh Presiden Sukarno.

Dengan tindakan Presiden Sukarno  tersebut , menurut Hatta, lenyaplah sisa-sisa demokrasi yang penghabisan. "Demokrasi Terpimpin  Sukarno menjadi  DIKTATOR yang  didukung  oleh golongan-golongan  tertentu." Tulis Hatta.

Buku 'Demokrasi Kita' cetakan ke 9 ini juga memuat surat-surat Hatta kepada Presiden Soekarno yang memperingatkan Pemerintah tentang tindakan-tindakan keliru di berbagai bidang. 

Yang memilukan adalah surat  Hatta yang menjelaskan harga-harga yang  membubung  tinggi, sehingga 90% uang pensiunnya hanya untuk membayar  gas dan listrik. 

"Dengan contoh saya ini Bung dapat menaksir sendiri  betapa ketimpangan yang diderita oleh pegawai negeri  yang terbanyak, terutama pegawai rendah dan menengah." Tulis Hatta dalam surat kepada Presiden Sukarno tertanggal  1 Desember 1965.

Buku 'Demokrasi Kita' tulisan Mohammad Hatta sangat baik diperbanyak dan dibaca para peminat Hukum Tata Negara dan politikus zaman now untuk bahan perbandingan  dalam memahami masalah-masalah demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun