Mohon tunggu...
djarwopapua
djarwopapua Mohon Tunggu... wiraswasta -

Liverpool Selamanya...YNWA !!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Claudio Ranieri, Sang Pelopor dan Petualang Sejati

22 September 2015   15:45 Diperbarui: 22 September 2015   16:03 3833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Caludio Ranieri - image by www.skysports.com"][/caption]Bagi pecinta sepakbola yang tiap pekan kerjaannya hanya menyaksikan pertandingan-pertandingan Liga Eropa, terlebih Liga Inggris. Tentu tak akan kaget jika melihat posisi klub Leicester City saat ini masih kokoh bertengger di deretan penghuni empat besar klasemen sementara Liga Inggris. Meskipun tak pernah ada riwayat dengan prestasi berarti dalam perjalanan Leicester City, tapi sosok pelatih baru klub berjuluk The Foxes itulah yang saat ini membuat khawatir klub-klub besar Liga Inggris. Dialah Claudio Ranieri pelatih berkebangsaan Italia yang berjuluk The Tinkerman, yang kini tengah perlahan memberi kejutan demi kejutan di Liga Inggris hingga matchday ke-6. Yah, Ranieri telah membuat Leicester menjadi satu-satunya Klub yang belum mengalami kekalahan sejauh ini, dan menempati peringkat 4 dengan 12 poin ( jumlah poin sama dengan peringkat ke-3 West Ham United ). Tidak hanya itu saja, Leicester bersama Westham masih menjadi klub tersubur dengan mengoleksi 13 gol, dan Leicester pun dalam dua pertandingan terakhir telah melakukan pekerjaan fantastis yang berhasil membalikkan keadaan saat meraih kemenangan Comeback 3-2 kontra Aston Villa dan menahan Imbang Stoke city 2-2 di Britannia Stadium, setelah sebelumnya dalam dua laga tersebut dalam posisi tertinggal duluan.

Ranieri, bukanlah seorang pelatih hebat dengan segudang prestasi dalam sejarah karirnya. Tapi pengalamannya yang sudah cukup banyak dalam petualangannya di Empat liga besar eropa, terbilang telah membawa perubahan besar bagi klub-klub yang pernah di besutnya.

 

Mahir dalam membuat Pondasi, Seorang Pelopor dan Merupakan Petualang Sejati

Mengawali karir kepelatihannya bersama klub amatir Campania Puteolana lalu berlanjut menukangi Cagliari musim 1988-1991, Ranieri tak pernah menduga dirinya bakal berpetualang di klub-klub besar. Semua itu bermula saat dirinya di tunjuk untuk menjadi suksesor pelatih Alberto Biggon di Napoli dengan skuad "istimewa" berisikan Diego Armando Maradona. Namun karirnya sangat mengecewakan karena mendapat beban berat pasca rentetan prestasi mentereng yang telah di hadirkan oleh Biggon, di 3 musim sebelum kedatangannya. Ranieri pun hanya bisa bertahan selama dua musim di kota Naples dengan membawa Napoli finis di peringkat ke-4 (1991/1992) dan peringkat ke-11 (1992/1993). Meski dipecat oleh Napoli, Ranieri langsung mendapatkan pekerjaan barunya sebagai pelatih Fiorentina dan berhasil mengantarkan klub berjuluk La Viola itu menjuarai Serie B di musim 1993/1994 dan otomatis promosi ke Serie A. Di musim berikutnya, Fiorentina di bawa finis di peringkat 10, lalu di musim 1995/1996 Fiorentina berhasil menembus peringkat 4, hingga akhirnya Ranieri di depak setelah Fiorentina cuma bisa finis di peringkat 9 musim 1996/1997. Meski begitu, Ranieri telah membangun skuad yang begitu solid dan menjadi salah satu yang terbaik di Italia, karena jasanya yang telah mengorbitkan Rui Costa dan Fransesco Toldo sebelum meninggalkan kota Firenze.

Ranieri kembali mendapat pekerjaan di musim 1997/1998 sebagai pelatih klub Spanyol, Valencia. Di Valencia lah, Ranieri sukses meraih trofi bergengsinya untuk pertama kali, tidak tanggung-tanggung dua trofi langsung di persembahkan bagi publik mestalla. Yakni, Juara Copa del Rey 1998/1999 dan juara piala Intertoto UEFA tahun 1998. Sayangnya, prestasi tersebut bertolak belakang dengan penampilan di La Liga, Valencia hanya bisa finis di peringkat ke-9 (1997/1998) dan peringkat ke-4 (1998/1999). Tapi, lagi-lagi Ranieri telah membangun sebuah pondasi yang kokoh dalam skuad Valencia yang di wariskan untuk pelatih-pelatih selanjutnya, dengan memunculkan nama-nama seperti Gaizka Mendieta dan Roberto Ayala, yang kemudian skuad bentukan Ranieri itu menjadi andalan Hector Cuper saat membawa Valencia dua kali menjadi Runner Up Champions League. Sialnya, Ranieri hanya semusim menukangi Atletico Madrid di karir berikutnya, meskipun berhasil membawa Atletico ke Final Copa del Rey, tapi Ranieri tetap tak bisa menyelamatkan Atletico dari Degradasi. Dan peruntungan Ranieri masih berlanjut, meski gagal di Atletico namun Chelsea tetap mengontraknya selama 4 musim (2000-2004). Saat masih bersama Ken Bates sebagai pemilik Chelsea, Ranieri berhasil meracik skuad yang terbilang mampu bersaing dengan penguasa Inggris seperti MU dan Liverpool, di dua musim pertama Ranieri membawa Chelsea finis di peringkat 6 dua kali berturut-turut, lalu musim berikutnya finis di peringkat ke-4 dan membawa Chelsea melaju hingga ke semifinal Champions League dan finis sebagai runner up liga di musim 2003/2004. Namun sayang, dimusim terakhirnya itu, Chelsea yang baru saja di akuisisi oleh Roman Abramovich lantas tak puas dengan pencapaian Ranieri tersebut dan menunjuk Jose Mourinho sebagai pelatih chelsea yang baru. Dan menariknya, Ranieri kembali meninggalkan warisan bagi Mourinho dengan pemain-pemain hebat seperti William Gallas, Joe Cole, Jhon Terry dan Claude Makalele. Yang akhirnya membantu Mourinho mempersembahkan gelar juara Liga Inggris di musim pertamanya.

Selanjutnya, Ranieri kembali menukangi Valencia. Meski hanya semusim dan gagal mengangkat Valencia dari Peringkat ke-7, Ranieri masih sempat menghadirkan trofi Piala Super UEFA tahun 2004. Setelah pergi dari Valencia, Ranieri memutuskan untuk beristirahat selama setahun, sebelum akhirnya berhasil menuntaskan misinya meloloskan Parma dari jurang degradasi  di musim 2006-2007. Juventus yang baru saja naik kasta kembali ke Serie A pasca menjalani hukuman degradasi akibat skandal pengaturan skor, akhirnya mengganti posisi Didier Deschamps dan menunjuk Ranieri yang lebih sarat pengalaman. Menjalani karirnya bersama Juve (2007-2009), meski gagal mempersembahkan gelar juara, Ranieri tetap membuktikan kualitasnya yang mengantarkan Juve finis di peringkat ke-3 dan menjadi Runner up sesudahnya. 2009-2011, Ranieri berlabuh ke klub Ibukota, AS Roma. Menukangi Roma, Ranieri pun cuma bisa merasakan Runner up dan peringkat ke-6, hingga akhirnya Ranieri di pecat dan menyeberang ke Intermilan untuk menggantikan posisi Gian Piero Gasperini yang telah mendapatkan banyak tekanan terkait penampilan buruk Intermilan. Namun karirnya di Inter hampir sama dengan kisahnya di Valencia dan Atletico yang hanya bertahan selama semusim setelah berkutat di papan tengah.

Tapi Nama besarnya sebagai pelatih yang berpenngalaman, membuat klub AS Monaco yang ingin bangkit dan menjadi klub elit lagi di Liga Perancis, dengan pemilik baru seorang Konglomerat asal Rusia. Mengontraknya dengan tugas berat membawa AS Monaco kembali promosi dan lolos ke liga Champions. Ranieri pun akhirnya menuntaskan misi pertamanya dengan berhasil membawa Monaco Promosi, dan mulai membangun pondasi baru dengan merekrut Radamel Falcao, Joao Moutinho, James Rodriguez, Sergio Romero hingga Berbatov agar bisa bersaing dengan klub elit PSG. Tak butuh waktu lama setelah baru saja promosi, tepatnya di musim 2013/2014, Ranieri berhasil menjawab tantangan dengan sukses menjadi runner up dan meloloskan Monaco kembali ke Liga Champions. Sebuah pekerjaan yang brilian dari The Tinkerman yang dua kali mencetak sejarah membawa tim promosi lolos ke liga champions (Juventus dan AS Monaco). Sayang, karena tak berdaya mematahkan dominasi juara liga Perancis, PSG. Manajemen pun memecatnya, dan Ranieri pindah ke Yunani untuk pertama kali dalam karirnya menjadi seorang pelatih tim nasional. Tapi segudang pengalamannya bersama klub-klub besar tak bertuah di level tim nasional, sebab Yunani di bawa Ranieri hanya menjadi juru kunci di Klasemen grup Kualifikasi Piala Eropa 2016.

Tapi takdir tetap menggariskan karir Ranieri sebagai salah satu pelatih jenius di level klub. Setidaknya, itu terlihat dari performa Leicester City di awal musim ini.

Leicester City, Akan menjadi akhir dari petualangan Ranieri

Pasca pemecatannya sebagai pelatih timnas Yunani, Leicester City lalu mengontraknya sejak musim panas kemarin hingga 2017 nanti. Tak butuh waktu lama, Ranieri segera membentuk skuad baru dan pondasi yang lumayan tangguh hingga pekan ke-6 Liga Inggris. Leicester City yang kehilangan Esteban Cambiasso sebagai satu-satunya pemain besar di skuad musim lalu, membuat Ranieri membutuhkan setidaknya 1-2 pemain baru dengan banyak pengalaman namun bisa di beli dengan harga yang sesuai finansial klub, mengingat Leicester hanyalah sekumpulan skuad yang terbilang biasa-biasa saja, dan bukanlah sebuah tim kaya. Karena pengalamannya semasa melatih klub-klub besar, Ranieri pun jeli melihat bursa transfer dan berhasil mendatangkan Gokhan Inler (Napoli), Shinji Okazaki (Mainz), Nathan Dyer (Swansea), Christian Fuchs ( Schalke), Yohan Benalouane (Atalanta) dan beberapa pemain lainnya. Menariknya, Ranieri yang mendapat julukan The Tinkerman yang karena kegemarannya menggonta-ganti strategi itulah yang telah membawa Leicester kini tampil solid dan selalu menjadi lawan yang tangguh. Okazaki yang merupakan striker timnas jepang dan tampil bersinar di bundesliga musim lalu, justru jarang dimainkan. Begitu juga dengan Leonardo Ulloa yang musim lalu selalu menjadi pilihan utama pelatih Leicester sebelumnya, Nigel Pearson, kini hanya menjadi penghuni bangku cadangan. Ranieri lebih sering memainkan Jamie Vardy yang menjadi cadangan Ulloa Musim lalu sebagai starter plus keyakinannya pada sayap lincah asal Aljazair, Riyadh Mahrez dan juga rekrutan barunya, Nathan Dyer. Alhasil ? Lini depan Leicester jadi menakutkan, 13 gol yang telah di koleksi dari 6 laga, 9 golnya berasal dari Mahrez dan Vardy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun