Mohon tunggu...
Djani Surya
Djani Surya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Muda, Bukan Berarti Harus Foya-foya, Saatnya Bangun Indonesia

17 Maret 2016   19:14 Diperbarui: 21 Maret 2016   15:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara Pengganti atau Penguntit

Pemimpin muda, adalah suatu kata yang akhir-akhir ini selalu hangat diperbincangkan, dan mulai menjadi wabah positif di era revolusi dari belenggu pemimpin genenerasi lama (tua), jika di analogikan, maka pemimpin muda adalah tunas yang baru dari sebuah ekologi politik yang selama ini didominasi oleh senior.

Namun jika berkaca dari arti sebenarnya, bahwa tunas adalah suatu individu dimana identik dengan induk, maka yang sebenarnya terjadi di indonesia ini adalah posisi stagnan yang dimana era kepemimpinan berjalan ditempat, bahkan mundur beberapa langkah dari pendahulunya, seperti contohnya kasus dugaan pesta sabu yang menimpa Bupati Ogan Ilir, Ahmad Wazir Noviadi atau kerap disapa Ovi, yang tertangkap tangan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat dan BNN Provinsi Sumsel, akan mau dibawa kemana indonesia jika para pemimpin mudanya bermental tempe dan konyol seperti ini?

Jelas ini adalah suatu kemunduran dari era pemimpin sebelumnya!

[caption caption="Bupati Ogan Ilir, Noviadi Digerebek BNN"][/caption]Pemuda hingga kini masih menjadi jantung pembaruan nasional. Kiprah dan sumbangsih kaum muda dalam segala sektor di harapkan dapat memberikan konstribusi besar dalam membesarkan bangsa yang saat ini berada dalam krisis multidimensi. Fungsi dan tugas pemuda adalah sebagai pengganti atau agen pembaharuan menuju keadaan yang lebih baik, bukan sebagai penguntit yang mengikuti tren bobrok yang justru malah meneggelamkan bangsa ini kedalam hegemoni negatif, seperti asusila, budaya korup, narkoba dan lain sebagainya.

Jika sebagai pemimpin yang tidak lagi muda, paling tidak - ayolah beri contoh kepada calon-calon pemimpin selanjutnya.

Dengan begitu, baik generasi lama maupun tunas pembaharuan bisa saling Asih, Ajar, dan Asuh baik dalam ekosistem kepemerintahan dan kemasyarakatan.

Antara Kesempatan dan Kemampuan

Banyak dari pemimpin muda era ini diberi kesempatan & kemampuan secara luas, baik dari masyarakat maupun dari interen politik masing-masing, dan kesemuanya memiliki porsi masing-masing dalam penerapannya. Dengan adanya kasus yang melibatkan para pemimpin muda saat ini, kita akhirnya tahu bahwa banyak kesempatan dan peluang yang terbuang dari potensi pemuda indonesia, mereka banyak terlena dan akhirnya tumbang bersama ideologi yang sempat dilontarkan ketika maju mencalonkan diri sebagai pemimpin.

Inilah yang menjadi hambatan tambahan ditengah gencarnya pembunuhan karakter yang menimpa calon-calon pemimpin muda yang tidak memiliki kesempatan, namun memiliki kemampuan serta potensi berlimpah, mereka harus tersandung, jatuh, bahkan terbuang ketika kritis terhadap golongan senior era kepemimpinan sebelumnya.

Dengan begini lengkaplah sudah problema yang dihadapi calon pemimpin muda saat ini, maju tidak dipercayai, mundur pun ditertawai. Akan sampai kapan Pemuda Luar Biasa akan terus dibelenggu?

[caption caption="Pemuda Luar Biasa"]

[/caption]

Pilah dan pilih mereka, evaluasi, kemudian beri kesempatan pada pemimpin muda

Sosok Yang Diharapkan

Di wilayah Jawa Timur sendiri, tren pemimpin muda sudah mulai menjamur, ada Emil dan Arifin yang menjadi bupati dan wakil bupati termuda di jawa timur, dan selanjutnya dikemudian hari diharapkan bertambah lagi pemimpin muda baik di level daerah dan nasional. Sebenarnya, sosok yang diharapkan masyarakatpun tidak terlalu muluk, sederhana, berwibawa, jujur, tegas dan visioner, cukup. Tidak memandang kalangan, golongan, ras maupun status sosial.

Di indonesia, banyak kalangan pemuda yang memiliki kemampuan namun krisis kesempatan, salah satunya adalah Rahmadi Yogi.

Berawal dari seorang pemuda lulusan sebuah kampus jurusan Teknik Mesin Brawijaya Malang, yang selanjutnya bergrilya aktif di organisasi kepemudaan, seperti Pemuda Pancasila, HIPMI kabupaten kediri, HKTI, Bamusi, Karang Taruna pusat Kab. Kediri, kini Yogi menjabat sebagai Ketua KADIN kabupaten Kediri. Dalam masa jabatan yang masih tergolong singkat, himpunan yang dipimpinnya ini telah melakukan langkah besar dalam merangkul perekonomian daerah dan roda UMKM yang menjadi prioritas ekonomi kecil dan menegah suatu daerah, dengan membuka kesempatan bagi pelaku UMKM melalui kantor direktorat KADIN yang disulap menjadi pusat UMKM, dan merubah mindset kolot yang menempel pada pengurus yang terdahulu sehingga lebih produktif.

[caption caption="Rahmadi Yogi - Dok.Pribadi"]

[/caption]Jiwa perintis telah melekat kuat pada Yogi, semenjak muda, dia telah menelan asam dan garam usaha mandiri, dari karyawan sebuah SPBU ke SPBU yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian biaya kuliahnya, hingga kini berkembang dan mempunyai bisnis peralatan dan konsumsi bahan bakar minyak, namun setelah berhasil ia tidak lantas meninggalkan lingkungannya dulu, namun bersama dan selalu guyub kepada semua kalangan serta selalu menggandeng segala ragam masyarakat disetiap kesempatan perintisan karirnya.

Ia sempat mengisi salah satu pengurus lingkup Provinsi sebagai Wakil Ketua bidang Pemuda dan Olahraga disalah satu partai besar indonesia, namun langkahnya selalu dijegal karena dianggap terlampau kritis terhadap visi dan misi pemimpin senior dari elemen lainnya dalam tubuh partai tersebut, hingga akhirnya memilih hengkang dan kembali membangun daerahnya dengan caranya sendiri, tidak sedikit pula yang menyayangkan keputusannya dari pihak internal partai.

Krisis Pemimpin Indonesia

Seperti yang dikemukakan, bahwa jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, tanpa adanya ikatan membangun antara pemimpin lama dan pemimpin generasi baru, bukan tidak mungkin indonesia akan kembali pada era dimana KKN merajalela, dan pemimpin yang didamba hanya menjadi sebuah pendapat dan dongeng di negeri seribu pulau.

Sejarah juga mencatat dimana peran penting pemuda untuk ikut serta dalam evolusi kemerdekaan dan pembangunan nasional, maka dari itu, pilah dan pilih mereka, evaluasi kemudian beri kesempatan pada mereka. Tidak ada yang tidak mungkin, seperti semboyan sang proklamator yang akan mengguncang dunia hanya dengan 10 pemuda bukan?

Selain Yogi, penulis yakin, bahwa masih banyak calon-calon pemimpin muda yang memiliki kompetensi luar biasa, namun selalu minim kesempatan untuk mencurahkan energi guna membangun negeri ini.

Yang tua membimbing, yang muda bekerja, maka seperti itulah seharusnya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun