Di wilayah Jawa Timur sendiri, tren pemimpin muda sudah mulai menjamur, ada Emil dan Arifin yang menjadi bupati dan wakil bupati termuda di jawa timur, dan selanjutnya dikemudian hari diharapkan bertambah lagi pemimpin muda baik di level daerah dan nasional. Sebenarnya, sosok yang diharapkan masyarakatpun tidak terlalu muluk, sederhana, berwibawa, jujur, tegas dan visioner, cukup. Tidak memandang kalangan, golongan, ras maupun status sosial.
Di indonesia, banyak kalangan pemuda yang memiliki kemampuan namun krisis kesempatan, salah satunya adalah Rahmadi Yogi.
Berawal dari seorang pemuda lulusan sebuah kampus jurusan Teknik Mesin Brawijaya Malang, yang selanjutnya bergrilya aktif di organisasi kepemudaan, seperti Pemuda Pancasila, HIPMI kabupaten kediri, HKTI, Bamusi, Karang Taruna pusat Kab. Kediri, kini Yogi menjabat sebagai Ketua KADIN kabupaten Kediri. Dalam masa jabatan yang masih tergolong singkat, himpunan yang dipimpinnya ini telah melakukan langkah besar dalam merangkul perekonomian daerah dan roda UMKM yang menjadi prioritas ekonomi kecil dan menegah suatu daerah, dengan membuka kesempatan bagi pelaku UMKM melalui kantor direktorat KADIN yang disulap menjadi pusat UMKM, dan merubah mindset kolot yang menempel pada pengurus yang terdahulu sehingga lebih produktif.
[caption caption="Rahmadi Yogi - Dok.Pribadi"]
Ia sempat mengisi salah satu pengurus lingkup Provinsi sebagai Wakil Ketua bidang Pemuda dan Olahraga disalah satu partai besar indonesia, namun langkahnya selalu dijegal karena dianggap terlampau kritis terhadap visi dan misi pemimpin senior dari elemen lainnya dalam tubuh partai tersebut, hingga akhirnya memilih hengkang dan kembali membangun daerahnya dengan caranya sendiri, tidak sedikit pula yang menyayangkan keputusannya dari pihak internal partai.
Krisis Pemimpin Indonesia
Seperti yang dikemukakan, bahwa jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, tanpa adanya ikatan membangun antara pemimpin lama dan pemimpin generasi baru, bukan tidak mungkin indonesia akan kembali pada era dimana KKN merajalela, dan pemimpin yang didamba hanya menjadi sebuah pendapat dan dongeng di negeri seribu pulau.
Sejarah juga mencatat dimana peran penting pemuda untuk ikut serta dalam evolusi kemerdekaan dan pembangunan nasional, maka dari itu, pilah dan pilih mereka, evaluasi kemudian beri kesempatan pada mereka. Tidak ada yang tidak mungkin, seperti semboyan sang proklamator yang akan mengguncang dunia hanya dengan 10 pemuda bukan?
Selain Yogi, penulis yakin, bahwa masih banyak calon-calon pemimpin muda yang memiliki kompetensi luar biasa, namun selalu minim kesempatan untuk mencurahkan energi guna membangun negeri ini.
Yang tua membimbing, yang muda bekerja, maka seperti itulah seharusnya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H