Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghapus Sekat Jurusan di SMA Sama Saja Mengurangi Nalar Kritis Peserta Didik, Benarkah?

20 Januari 2022   22:22 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:04 7049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah riset yang dilakukan oleh Saputro dkk (2016) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia masih berada pada angka 28,6%. Belum lagi ini diperparah oleh atmosfer dan metode pembelajaran yang masih belum bisa memaksimalkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis (Shalihin dkk, 2019). Selain itu, angka literasi yang rendah menjadi faktor yang paling memengaruhi tingkat berpikir kritis masyarakat Indonesia. 

Padahal, menurut Oktarina dan Ekadiansyah (2020), kemampuan literasi yang memadai dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis. Karena hal-hal inilah, banyak masyarakat kita yang sangat mudah reaktif terhadap suatu isu yang sebenarnya masih dipertanyakan kebenarannya. 

Baru saja baca judul, sudah koar-koar duluan, emang dasar para netizen ini. Sebelum kita masuk ke pembahasan pentingnya bernalar kritis dan pengaruhnya dalam pendidikan di SMA, kita perlu bertanya "Sebenarnya, apa sih berpikir kritis itu? Dan apa korelasinya terhadap jurusan di SMA?"

Sejak dicetuskan pada 2013, Kurikulum 2013 (K-13) selalu menekankan pada penerapan cara berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) di semua jenjang pendidikan. Kemampuan berpikir kritis termasuk salah satunya. 

Menurut Fahim dkk (2010), berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang mendorong kita untuk mempertanyakan, menganalisa, dan mengevaluasi suatu masalah/persoalan. 

Dengan menguasai kemampuan berpikir kritis, kita bisa menanamkan sikap antisipatif di dalam diri kita ketika menghadapi suatu fenomena. 

Ini sangat penting dipelajari oleh anak sejak dini agar mereka tidak gampang "kagetan" ketika mendengar/melihat suatu kejadian yang menghebohkan.  

Ada pepatah yang mengatakan think before you speak (berpikirlah sebelum kamu berbicara). Berpikir kritis juga dapat meningkatkan kualitas argumen yang kita keluarkan (Murtadho, 2021). 

Jangan sampai kita menghakimi atau menyatakan sesuatu tanpa ada landasan yang kuat. Segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, begitulah hukum alam berlaku. 

Oleh karenanya, kemampuan ini sangat penting untuk diajarkan oleh anak-anak sekolah, mulai dari tingkat dasar (PG-TK) hingga perguruan tinggi.

Konsep Berpikir Kritis | Sumber: marketgames.io
Konsep Berpikir Kritis | Sumber: marketgames.io

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun