Mohon tunggu...
Gafur Djali
Gafur Djali Mohon Tunggu... -

Direktur Indonesia Research and Strategy (IRS)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gaya Tarung Para Kandidat Jelang Pilgub Maluku

7 Juni 2017   00:17 Diperbarui: 7 Juni 2017   00:51 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para penantang Patahana mulai bermunculan dengan optimisme masing-masing. Setidaknya ada empat penantang yang punya prospek paling kuat untuk bisa mendapat rekomendasi dan maju di gelangang Pilgub. Ada tiga nama pentang baru Tagop Soulisa, Murad Ismail dan Komarudin Watubun, serta satu nama penantang lama Herman Koedoeboen yang sudah mantap berpasangan dengan Abdullah Vanat. Situasi inilah yang membuat dinamika jelang Pilgub semakin menarik.

Perumusan arah rekomendasi Parpol berada pada higt level political zone, konsekuensinya informasi sangat bersifat eksklusif, publik punya keterbatasan untuk bisa mengetahui dengan detail situasi atau arah politik Parpol. Meskipun demikian informasi minim (bahkan terkadang disinformasi) tersebut bukan hanya menyulitkan publik namun juga diderita oleh para kandidat yang terkendala dalam menganalisa laju gerak kompetitornya.

FourFrame Leadership Model

Berangkat dari hal tersebut maka saya menganalisa style(gaya) para kandidat, dengan asumsi bahwa partai punya kecenderungan memberi rekomendasi pada kandidatan/pasangan kandidiat yang diangap punya gaya tarung prima. Ini pula yang dapat menentukan gerak laju tinggi-rendah popularitas dan elektabilitas para kandidat.

Saya meminjam pendekatan fourframe leadership modelyang juga telah diulas secara detail dalam buku Reframing Organization, artistry, choice and leadershipkarya Lee Bolman dan Terrence Deal terbitan Jossey-Bass, 1984, USA. Buku ini juga telah menjadi buku wajib dan jadi acuan bagi para pemangku kebijakan, organisasi, akademisi hingga aktifis social dalam menjalankan kepemimpinan. Leadershipdi sini saya pahami sebagai gaya/seni tarung para kandidat dalam kontestasi Pilgub. Gaya tarung para kandidat sangat dipengaruhi oleh frame (konsep pemahaman) yang mereka amini dan adopsi baik secara sadar atau reaksioner.

Fourframing model,secara singkat berisi tentangempat karakteristik khusus atau kecenderungan dominan yang selalu ada pada aktor atau organisasi dalam merumuskan, merespon atau menjalankan sebuah keputusan atau agenda strategis yaitu Struktural, Sumberdaya Manusia, Politik dan Simbolis.

Pertama, Structural Frame. Pendekatan ini fakus pada strategi dalam mencapai suatu tujuan. Upaya tersebut dilakukan dengan agenda setting (rekayasa sosial), yaitu dengan menggerakan struktur organisasi, eksperimentasi dan adaptasi. Maka kecenderungan yang umum lebih bersifat prosedural, proses bertahap dan alokasi sumberdaya yang ketat.

Kedua, Human ResourceFrame atau Sumberdaya Manusia. Mengorganisir dan mengerakan sumberdaya manusia demi mencapai tujuan adalah fokus dariframe ini. Maka model HR lebih menekankan pada keunggulan sumberdaya manusia, sehingga lebih dominan memberi kesempatan dan peluang untuk individu lain bisa berkembang, yaitu dengan membuka akses sosial, ekonomi dan politik.

Ketiga, political frame. Pada frame ini, aktor dominan lebih mengunakan pendekatan politik (siap mendapat apa, kapan dan bagaimana?) dalam mencapai tujuanya. Political frame cenderung akan berbuah konflik kepentingan antara aktor atau para kelompok kepentingan, terutama dalam membagi/alokasi sumberdaya yang terbatas. Sehingga yang sering terjadi adalah koalisi atau pembagian wewenang kekuasaan/peran demi menghindari konflik kepentingan dan mencapai tujuan strategis.

Keempat, Symbolic Frame. Kekuatan pada symbolic frame adalah mampu menginspirasi orang lain atau bahkan suatu sistem untuk mencapai tujuanya. Pada umumnya aktor model ini punya visi yang sangat kuat dan mengakar di publik. Mereka mampu meyakinkan dan menginspirasi publik bahwa mereka dapat bekerja dan memberi jaminan masadepan yang lebih baik.

Style Para Petarung

Patahana (Said Assagaff) dan para penantang tampil dengan style(gaya tarung)beragam demi meyakinkan publik dan partai politik untuk bisa maju ke babak selanjutnya. Sedangkan partai politik mengunakan indikator survey sebagai salahsatu alat ukur dalam penentuan rekomendasi. Maka dengan demikian, para kandidat (temasuk Patahan) sedang melakukan akselerasi,terutama mempengaruhi opini publik demi mendongkrak elektabilitas masing-masing. Pada proses akselerasi inilah style(gaya tarung)mulai diterapkan, entah dilakukan secara sadar atau hanya reaksioner semata. Bahwa satu yang pasti, semua kandidat punya kecenderungan style domininan.

Gaya tarung Patahan (Said Assagaff) lebih dominan mengunakan political frame. SA terkesan santai dan tidak begitu gubris dengan kontroversi yang mulai dibangun oleh para kompetitor. Meskipun demikian, publik selaku komunikan membacanya sebagai langkah antisipasi sembari memberi ruang agar terbuka lobbylingatau bahkan koalisi. Asumsi ini semakin kuat bila kita melihat data statistika 2013 lalu, yang menunjukan bahwa SA kalah telak di lumbung suara utama, yaitu SBB, SBT dan Maluku Tengah. Sehingga secara political frame SA sudah habis gaya, atau telah sampai di ujung lorong yaitu lobbying untuk membentuk koalisi. Namun masih ada satu “kartu” yang masih dimiliki oleh SA, yaitu structural frame. Pengalamannya selama berkarir dibirokrasi, jaringan politik-birokrasi dan legitimasi sebagai Gubernur membuat SA bisa mengerakan potensi strukturalnya.

Gaya tarung Tagop Solisa dan Murad Ismail punya kemiripan yaitu cenderung mengunakan symbolic frame. Mungkin dalam 20 tahun terakhir hanya Murad Ismail punya pencapaian luar biasa di Korps Bhayangkara. Otomatis Jenderal bintang dua ini semacam punya daya inspirasi bagi publik Maluku. Sementara Tagop Soulisa tampil sebagai suksesor yang paham betul dengan gaya tarung patahan, atau sedang membangun citra bahwa TS lebih menjanjikan diabandingkan SA. Selain symbolic frameMI juga mengunakan political frame,bukan tentang kedekatnya dengan beberapa ketua parpol, melainkan MI semacam bisa memberi jaminan bahwa polemik seperti Gunung Botak, Pulau Romang, dan Blok Masela yang selama ini seperti benang kusut di masa SA akan dengan mudah ditangani oleh MI. Berbeda dengan TS yang juga mengunakan Human ResourceFrameterutama jaringan (the inner circles) yang selama ini dirawat dan di klaim mampu memenangkan suara di daratan Seram Raya dan Jezira Leihitu.

Gaya tarung Komarudin Watubun terbilang unik. Pria yang akrab disapa BK (Bung Komar) ini pada awalnya membangun karir politik di Papua hingga kini bisa berkantor di Senayan dan menduduki posisi strategis di DPP PDI Perjuangan. Dan kini balik kampung halaman maju di Pilgub Maluku. BK kecenderungan punya stylePolitical &structural frame. BK dikenal sebagai salah satu aktor penting dalam setiap loby partai dalam penentuan rekomendasi atau bahkan arah politik partai skala nasional. Melihat dari jenjang karir yang dirintis dari bawah maka BK secara personal juga punya karakter structural frame. Terutama pada sisi perencanaan strategis dan mampu mengalokasi sumberdaya untuk menjalankan agenda-agenda strategisnya.

Gaya Tarung Herman Koedoeboen berbeda dengan para peratung sebelumnya. HK tampil dengan gaya yang slow-elegan. Kepercayaan dirinya tumbuh seiring waktu terbukti dengan sudah mantap   berpasangan dengan Abdullah Vanat. HK secara tertutup lebih dominan mengunakan Human ResourceFrame demi mencapai tujuannya. Selaku petarung lama HK punya semacam legitimasi untuk kembali bertarung terutama berpasangan dengan AV, yang bila kekuatan lamanya dikonsolidir akan mampu mengimbangi atau bahkan melampau pencapaian patahan. Selain itu HK juga mengoptimalkan sisi political frame yang dimikinya.

HK dan juga AV dipandang sebagai aktor yang sangat lihai serta pandai dalam lobbyingdan membentuk koalisi yang saling menguntungkan. Sementara AV punya symbolic frame yang sangat kuat. AV menjadi semacam symbol kebangkitan sekaligus perjuangan masyarakat Seram. Hal itu terbukti dengan kemenangan AV yang sangat mutlak di lumbung suara utama yaitu SBB,SBT dan Maluku Tengah pada 2013.

Prediksi Formulasi Pasangan

Para kandidat harus cakap dalam menentukan calon wakil yang bisa saling mengisi dan menguatkan. Contonya, dengan kecenderungan Patahana yang lebih dominan kearah politicaldan strukturalframe maka pasangan SA yang paling cocok adalah personal yang lebih dominan pada symbolisdan Human ResourceFrame.Salah satu tokoh yang punya kriteria tersebut adalah Edwin Huwae. Pada beberapa moment publik juga sudah melihat ada sinyal kuat kedua tokoh ini akan berpasangan. EH adalah kader sekaligus ketua dari partai politik (PDI Perjuangan) yang dikenal memiliki basis pendukung loyal yang tersebar merata di Maluku. EH politisi muda dengan karir yang melejit sehingga punya tempat istimewa di hati pemilih loyal partai. Loyalitas itu juga mampu dikonversi lewat visi partai mampu mengerakan sumberdaya manusia yang enerjik dan punya daya juang tinggi.

Lantas bagaimana dengan Tagop Solisa dan Murad Ismail? TS harus mencari pasangan yang dominan dengan structuraldan political frame. Sementara MI akan lebih menguntungkan bila bisa mengandeng aktor yang lebih dominan pada structuraldan Human ResourceFrame.Dari sekian nama yang digadang-gadang maju sebagai Wakil Gubernur, ada dua nama yang cukup menjanjikan. Yaitu Anderias Rentanubun dan Hendrik Lewerissa. AR punya pengalaman dua periode menjabat Bupati Maluku Tenggara, dengan demikian AR punya basis massa dan punya sumberdaya. Sejauh ini AR sudah melakukan sosialisasi dan membangun jaringan pengerak utama yang merata di Maluku. Sedangkan HL punya pengalaman bertarung sebelumnya dan punya motor partai yang cukup kuat dan solid.

Tagop Soulisa dan Murad Ismail harus cermat dalam memilih pasangan. Indikator survey boleh menjadi acuan tetapi pertimbangan style-gaya tarung kandidat juga perlu menjadi pertimbangan. Tagop Solisa sepertinya lebih cocok berpasangan dengan Hendrik Lewerissa. Sementara Murad Ismail punya peluang semakin kuat bila berpasangan dengan Anderias Rentanubun.

Bedahalnya dengan Komarudin Watubun butuh wakil yang kuat pada sisi symbolicdan Human ResourceFramedan nama yang saya anggap paling cocok adalah John Ruhulessin. Berpredikat sebagai Mantan Ketua Gereja Protestan Maluku (GPM) membuat JR punya legitimasi yang kuat. Telah menjadi pengetahuan publik bahwa jejaring GPM sangat loyal dan evektif dalam memperjuangkan aspirasi-aspirasi politiknya. Kehadiran JR jadi semacam icon manifestasi perjuangan tersebut.

Penutup

Bila kita memahami style(gaya) para kandidat maka kita bisa dengan mudah memprdiksi langkah-langkah akselerasi politik para kandidat. Setiap frame-stylepunya kekuarangan dan kelebihan masing-masing dan keunggulan ditentukan dari kecakapan setiap kandidat dalam mencipta atau merespon momentum politik.

Gafur Djali

Direktur Indonesia Research and Staretgy (IRS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun