“Intrapreneurship Berarti Para Karyawan Diminta Untuk Menjadi Pengusaha Di Dalam Perusahaan. Mindset Pengusaha Adalah Selalu Mencari Peluang Untuk Menciptakan Kekayaan Atas Sumber Daya Yang Dia Miliki. Dan Bila Karyawan Diminta Untuk Menjadi Pengusaha Berarti Mereka Juga Akan Bekerja Untuk Menciptakan Kekayaan Lebih Dari Sumber Daya Yang Mereka Miliki, Yaitu Kompetensi Dan Kerja Keras. Artinya, Pemilik Saham Harus Mampu Membayar Kompetensi Dan Kerja Keras Para Intrapreneurship Dengan Harga Yang Kompetitif.”~Djajendra
Masa depan korporasi mengisyaratkan untuk menata diri dengan menjadi lebih dinamis melalui keunggulan kreativitas dan inovasi. Kompetisi bisnis membutuhkan jiwa kewirausahaan dari setiap orang di dalam perusahaan. Kemampuan menjadi wirausaha perusahaan akan menjadi faktor kunci dalam menjamin kelangsungan hidup dan keberhasilan peningkatan kinerja perusahaan.
Ketika sebuah perusahaan besar yang mapan dengan birokrasinya mencoba menjalankan gaya manajemen Intrapreneurship atau Corporate Entrepreneurship, maka mereka akan dihadang oleh tantangan besar dari kebiasaan kerja birokrasi yang mapan dan kuat dengan tata kelolanya. Di mana, para karyawan dan pimpinan lebih difungsikan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab melalui birokrasi yang mapan dan kuat, sehingga hal ini menyulitkan tumbuhnya jiwa Intrapreneurship di dalam perusahaan.
Bila membuka kamus maka kata Intrapreneurship didefinisikan sebagai praktek kewirausahaan di sebuah perusahaan mapan. Intrapreneurship menerapkan gaya manajemen yang ditandai dengan fleksibilitas, inovasi, dan pengambilan risiko untuk sebuah perusahaan mapan dan stabil. Tujuannya adalah untuk pengembangan produk melalui jalur cepat dengan menghindari birokrasi, agar dapat mengambil keuntungan dari kesempatan baru atau untuk menilai kelayakan suatu proses baru atau desain. Artinya, Intrapreneurship merupakan sebuah perilaku manajemen di internal perusahaan, untuk berani mengabaikan birokrasi yang panjang dalam mengejar kinerja melalui inovasi dan perubahan cepat. Pertanyaannya, apakah hal ini mudah untuk dilakukan? Bagaimana dengan fungsi transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses dari berjalannya gaya manajemen Intrapreneurship?
Di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah milik keluarga biasanya gaya Intrapreneurship dapat berjalan dengan sangat mudah. Sebab, tata kelola perusahaannya sangat fleksible dan cendrung bergantung kepada keputusan dari satu atau dua orang, sehingga setiap proses berlangsung dengan birokrasi yang sederhana yang tidak merusak jiwa kewirausahaan di dalam perusahaan. Kecepatan untuk mencari dan menemukan pasar baru buat peningkatan penjualan, dan kecepatan untuk menciptakan produk baru yang inovatif dalam menjawab kebutuhan pasar selalu terlihat mudah dan fleksible. Hal ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang sangat besar dengan sistem birokrasi yang panjang dan rumit. Biasanya, terlihat sangat kaku, tidak mudah, dan kurang fleksible dalam menjawab tantangan pasar yang sekarang ini sangat dinamis dengan perubahan.
Unsur kunci dari Intrapreneurship di perusahaan besar yang mapan adalah kemampuan kepemimpinan yang kuat bersama budaya integritas, untuk mendukung kecepatan dari setiap proses pengambilan keputusan. Termasuk, kesiapan menciptakan jiwa-jiwa kewirausahaan di dalam perusahaan dari setiap karyawan strategis untuk berkembang bersama kebebasan inovasi dan kreatifitas dalam bingkai transparansi, akuntabilitas, integritas, etika, dan pengendalian emosional diri.
Secara tradisional dalam gaya manajemen perusahaan yang dikendalikan oleh sebuah keluarga, penggunakan konsep Intrapreneurship untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas adalah hal yang umum biasa dilakukan. Tapi, mereka tidak mengenal kata Intrapreneurship, dan yang mereka kenal adalah jiwa kewirausahaan dan loyalitas dari para manajer inti yang bekerja bersama mereka di dalam perusahaan, untuk bergerak cepat dan lincah dalam menemukan pasar, dan melayani pelanggan dengan berbagai produk baru yang inovatif.
Kata Intrapreneurship menjadi populer saat majalah TIME pada bulan Februari tahun 1985 memuat artikel tentang Intrapreneur. Dan sejak itu, Intrapreneurship menjadi sangat populer. Apalagi ketika pimpinan dan pemilik Apple Computer, Steve Jobs, dalam sebuah wawancara dalam artikel Newsweek September 1985, mengatakan bahwa, “Tim Macintosh adalah apa yang dikenal sebagai Intrapreneurship.”
Sekarang ini semua perusahaan besar memimpikan untuk memiliki para karyawan atau manajer yang berjiwa Intrapreneurship di dalam perusahaan. Persoalannya, pelaksanaan konsep Intrapreneurship di perusahaan besar milik publik atau pemerintah, memerlukan trust dan kredibilitas dari para manajer, untuk menjalankan budaya integritas dengan tulus dan ikhlas sebelum diberikan kepercayaan untuk menjadi Intrapreneur. Sebab, saat seseorang betul-betul menjalankan perannya sebagai Intrapreneur di tempat dia bekerja, maka dia akan memiliki mindset sebagai seorang pengusaha, bukan lagi sebagai seorang profesional atau karyawan. Mindset sebagai seorang pengusaha di perusahaan yang sahamnya bukan milik dia pribadi berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, yang bila tidak memiliki kekuatan integritas dan etika, maka perusahaan selalu akan dirugikan dari upaya untuk mencari keuntungan buat kepentingan pribadi atau kelompok.
Menjadi Intrapreneur di sebuah perusahaan besar dan mapan dibutuhkan keterampilan kepribadian dan mental di luar kreativitas, termasuk bersedia untuk mengambil risiko di berbagi dan mendorong ide unik, memiliki ketekunan untuk menunggu persetujuan manajemen senior untuk menciptakan dan meluncurkan produk atau jasa, dan sikap proaktif untuk melihat hasil akhir dengan cara kerja yang etis dari integritas pribadi yang tinggi.
Intrapreneur haruslah bermindset pengusaha dalam sikap terbuka dan jujur??. Hal ini menjadi keharusan, karena para Intrapreneur ini sejatinya adalah karyawan dan bukan pemilik saham. Tapi, mereka diharapkan untuk memainkan peran sebagai pemilik perusahaan yang gigih dan memiliki gairah dalam antusiasme tinggi untuk menghasilkan ide-ide inovatif, agar organisasi dapat tumbuh dan menang dalam kompetisi pasar.
Para pemimpin perusahaan yang menjalankan gaya manajemen Intrapreneurship haruslah menjadi visioner yang cerdas mewujudkan mimpi menjadi realitas. Setiap proses dan birokrasi tetaplah diperlukan untuk kepentingan pengawasan. Tapi, kecepatan dan kelincahan dalam mengikuti kebijakan untuk menjalankan proses persetujuan yang singkat, haruslah menjadi sebuah kebiasaan kerja yang efektif.
Jangan biarkan ide-ide kreatif yang hebat terkurung dalam kotak birokrasi yang lamban. Kedepankan budaya integritas sebagai altar untuk menjalankan kewirausahaan dalam perusahaan. Biarkan setiap orang membawa ide-ide inovatif untuk kemajuan perusahaan. Berikan perhatian dan kompensasi yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan karyawan Anda.
Djajendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H