“Otoriter artinya berkuasa sendiri dan bertindak absolut dengan sesuka hatinya. Orang-orang dengan energi otoriter tidak mampu menerima kekalahan, serta tidak mampu berkompetisi dengan cara-cara etis dan profesional. Otoriter adalah musuh terbesar demokrasi. Otoriter bisa saja berpura-pura berdemokrasi hanya sekedar untuk memenangkan kompetisi. Setelah menang dan berkuasa, otoriter pasti bertindak dengan sesuka hatinya, dan mematikan demokrasi untuk selamanya.”~Djajendra
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemajuan sebuah bangsa. Bila rakyat cerdas memilih pemimpin yang berkualitas melalui pesta demokrasi, maka rakyat telah berkontribusi untuk kebaikan masa depan anak-cucunya. Tetapi, bila rakyat hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengabaikan masa depan anak-cucunya, maka mereka pasti tidak peduli siapa pemimpin yang dipilih atau yang terpilih.
Masa depan sebuah bangsa pasti membutuhkan perubahan. Di mana, setiap perubahan bertujuan untuk pembangunan ke arah yang lebih baik dan lebih mensejahterakan rakyat. Pemimpin yang hebat pasti cerdas merangkul semua potensi, dan memotivasi energi positif untuk pembangunan ke arah yang lebih berkualitas. Pembangunan menuju masa depan membutuhkan kualitas manusia yang cerdas berkolaboratif, mencair, mampu hidup dalam kontekstual yang diimpikan bersama, serta semuanya saling merangkul di dalam soliditas bersama, untuk menindaklanjuti kemajuan dan pembangunan.
Demokrasi bersumber dari suara rakyat dibantu dengan pilar-pilar demokrasi yang mengawasi kepastian untuk mendengarkan dan melayani rakyat. Suara rakyat dibutuhkan pada saat memilih pemimpin yang dikehendaki rakyat, lalu suara rakyat dibutuhkan untuk mengawasi kepemimpinan yang sedang dijalankan. Suara rakyat yang terfokus pada integritas, akuntabilitas, transparansi, dan keadilan pasti menjadi energi baik untuk kemajuan bangsa. Intinya, suara rakyat yang penuh integritas dan akuntabilitas menjadikan seorang pemimpin yang sangat demokratis mampu mengembangkan rakyat untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masing-masing, sehingga tidak ada masyarakat yang menjadi korban.
Demokrasi itu indah bila rakyat dan kepemimpinannya bisa saling melayani dengan sepenuh hati. Demokrasi menjadi tidak indah bila rakyat memiliki perilaku kehidupan yang merusak demokrasi. Biasanya, kepemimpinan berenergi otoriter merusak indahnya demokrasi dengan cara membenturkan kepentingan antar kelompok di dalam sebuah masyarakat. Targetnya adalah menjadikan kelompok dan komunitas di dalam masyarakat saling curiga dan saling berprasangka tidak baik. Bila masyarakat sudah saling berprasangka buruk, maka sangatlah mudah bagi kaum otoriter, untuk menjalankan kekuasaan sesuka hatinya, dan juga mengkerdilkan semua pilar-pilar yang mengawasi demokrasi.
Rakyat yang berpengetahuan dan berwawasan tidak luas berpotensi menjadi target garapan kaum otoriter. Kaum otoriter sangat pintar beretorika, sangat cerdas memakai kata-kata yang tepat dan efektif untuk targetnya, sehingga kata-kata yang bombastis, yang mudah mempengaruhi, akan menjadikan orang-orang berwawasan rendah terpengaruh secara emosional, dan mempercayai semua orasi dari kaum otoriter. Walaupun setelah berkuasa kaum otoriter akan fokus untuk memperkuat kekuasaannya, serta membungkam suara dan sikap yang mengancam kekuasaan mereka.
Demokrasi bukanlah sesuatu yang baik untuk kaum otoriter. Oleh karena itu, di dalam sebuah negara demokrasi, kaum otoriter akan memanfaatkan ketidakcerdasan masyarakat untuk mempengaruhi mereka dengan retorika-retorika, yang nantinya pasti tidak mampu dijalankan. Tetapi, mereka sangat produktif untuk meyakinkan masyarakat dengan argumen-argumen yang masuk akal, walau belum tentu implementatif di dunia nyata.
Kepemimpinan berenergi otoriter merusak indahnya demokrasi. Masyarakat yang cerdas tidak akan terindoktrinasi oleh retorika. Tetapi, mereka selalu membuat dirinya terindoktrinasi secara sadar pada sistem, nilai, proses, teknik, cara, etika, budaya positif, dan perilaku-perilaku yang profesional. Kebutuhan masa depan haruslah disikapi dengan cerdas dan jujur pada hari ini. Kemajuan dan kehebatan hanya ada di dalam kreativitas dan inovasi. Untuk bisa berkreativitas secara bebas dan penuh tanggung jawab, maka demokrasi bisa menjadi ruang yang memudahkan semua orang untuk maju dan berkembang mencapai kebaikan masa depan.
Ditangan kaum otoriter kreativitas pasti mati. Sebab, kaum otoriter bersikap dan berbuat dalam satu hafalan, satu arah, satu dimensi, satu ukuran untuk semua orang, satu proses otoriter yang statis, informasi-informasi yang sudah direkayasa, dan segala sesuatu dengan tujuan untuk memperkuat kekuasaan kaum otoriter. Artinya, tanpa kreativitas dan inovasi sebuah bangsa pasti mundur dan menjadi terkebelakang, sehingga masa depan anak-cucu berada di zona suram. Dengan kreativitas yang hebat dihasilkan keputusan yang hebat, solusi yang luar biasa, dan pemecahan masalah yang menguntungkan.
Demokrasi yang baik adalah yang mencerdaskan rakyat dan mengembangkan rakyat dengan energi kreativitas yang hebat. Demokrasi membutuhkan partisipasi rakyat dengan totalitas untuk berkarya, melayani, berkontribusi, dan menciptakan aliran kemajuan buat semua generasi. Demokrasi tidaklah boleh terjebak di wilayah status quo, tetapi harus terus-menerus mengalir di wilayah kreativitas, dan menemukan aset-aset produktif yang unik dan hebat untuk karya bangsa. Demokrasi haruslah tunduk dan menyatu dengan norma-norma hukum, moral, etika, dan nilai-nilai kehidupan yang menjadikan setiap orang sebagai energi positif untuk kebesaran bangsa dan negara.
Djajendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H