Mohon tunggu...
DJAJENDRA
DJAJENDRA Mohon Tunggu... wiraswasta -

Djajendra adalah motivator perusahaan yang sangat berpengalaman dan sukses mengadakan pelatihan soft skills dan hard skills secara indoor maupun outdoor untuk korporasi, instansi pemerintah, koperasi dan organisasi publik. http//www.djajendra-motivator.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendalamkan Hubungan

10 Februari 2015   16:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hubungan baik gagal karena hati nurani mati, lalu logika dan emosi mengatur segalanya.”~Djajendra

Hidup bukan untuk menang ataupun kalah. Hidup untuk damai. Hidup untuk bahagia. Hidup untuk sejahtera. Hidup untuk keindahan. Sering sekali keindahan hidup lenyap oleh hubungan yang tidak baik. Hubungan baik dan hidup dalam kedamaian pastilah sesuatu yang sangat indah. Tetapi, jiwa tidak baik, pikiran tidak baik, selalu menjadi akar konflik, sehingga hubungan baik itupun menjadi tidak baik. Damai dan baik tidak muncul secara spontan, dia muncul dari kesadaran empati dan toleransi.  Empati dan toleransi mampu menangani konflik dan menciptakan kehidupan yang damai.

Setiap orang bisa menjadi pemicu marah, benci, konflik, permusuhan, dan semua hal lain yang memisahkan hubungan baik. Hubungan baik gagal karena hati nurani mati. Hati yang mati mudah dikendalikan oleh pikiran negatif dan emosi yang penuh angkara murka. Hal ini menjadi kekuatan yang memisahkan, kekuatan yang menguatkan konflik dan kebencian. Hubungan baik hanya dapat dipertahankan dan ditingkatkan diantara jiwa-jiwa yang ikhlas dan penuh cinta. Hubungan baik tidak mungkin hidup diantara jiwa-jiwa yang serakah, palsu, frustasi, salah tapi merasa benar, merendahkan yang lain, menyakitkan yang lain, melelahkan yang lain, dan membuat perjuangan orang lain sia-sia.

Selama dendam dan benci menjadi keyakinan di dalam sebuah hubungan, maka selama itu kabut tebal menutupi hubungan sehingga tidak ada jarak pandang yang jelas untuk memulihkan hubungan tersebut. Hubungan baik butuh perjuangan, butuh keikhlasan, butuh niat baik, butuh berjalan di trek yang menyatukan. Nilai-nilai negatif membutakan hati sehingga hati tidak mampu melihat indahnya sebuah kebaikan. Komitmen untuk hidup dalam nilai-nilai positif, dan keikhlasan hati untuk menerima segala realitas, adalah jalan untuk menghidupkan hati.

Jiwa yang ikhlas mendamaikan hubungan. Jiwa besar mampu berekonsiliasi. Selama nafas belum berhenti damai pasti dapat diwujudkan asalkan memiliki niat baik. Membangun hubungan baik bukan berarti harus menerima perasaan orang lain, atau harus mengikuti maunya orang lain. Hubungan baik tercipta dari kesadaran semua pihak, bukan salah satu pihak saja. Kesadaran untuk menciptakan damai dan mengakui kesalahan, lalu memperbaiki kekurangan.

Kadang-kadang; konflik, kemarahan, kebencian, permusuhan, dan salah paham dapat berlangsung puluhan tahun, seumur hidup, bahkan turun-temurun. Hubungan tanpa niat baik untuk saling menghormati dan menyelesaikan akar masalah, akan menjadi permusuhan abadi. Diperlukan jiwa-jiwa baik untuk menyadari kenapa miskomunikasi itu terjadi. Diperlukan jiwa yang baik untuk menghentikan argumentasi dan menyadari kesalahan. Adil akan mendamaikan. Keseimbangan akan menghentikan konflik. Melepaskan keserakahan dan rasa paling benar akan mendamaikan. Jiwa yang jujur pasti mampu tumbuh dalam jiwa jujur yang lainnya. Jiwa yang jujur dan ikhlas akan menyatukan kebaikan dalam damai. Hidup ini tempat untuk saling berdampingan secara damai, dan tempat saling menghormati satu sama lain dengan peduli.

Mendamaikan hubungan dimulai dari hati yang bersih, hati yang hidup, hati yang mulia, hati yang berhenti berbohong kepada diri sendiri, hati yang ikhlas menerima apapun hasil akhirnya. Hubungan baik tidak mungkin bisa dibangun oleh hati yang penuh dusta, hati yang bersandiwara, hati yang selalu tidak jujur kepada dirinya sendiri, hati yang senang menampilkan kepribadian semu tanpa menguatkan karakter baiknya.

Hati yang jujur dan ikhlas adalah sumber kedamaian. Dia mampu membangun kepercayaan untuk hidup damai. Dia mampu mendengarkan dan merespon kehidupan dengan damai. Hati yang jujur dan ikhlas selalu memegang tanggung jawab untuk menjaga hubungan tumbuh dalam damai. Hati yang jujur dan ikhlas merupakan sumber kehidupan yang menciptakan rasa damai dan aman, yang menciptakan kehidupan bersama dalam keharmonisan.

Djajendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun