Â
Â
FOTO INI KAMI DAPATKAN DARI AKUN FACEBOOK BERNAMAÂ Denithirra
Anak-anak yang tertindas, itulah judul yang kita gunakan dalam pembahasan kali ini.
Anak pun menjadi penerus bangsa dan Negara, bagaimana tidak jika dari kecil mereka melihat hal - hal yang berbau dewasa, bagaimana negara kita bisa menjadi negara yang maju, apakah yang sebenarnya terjadi oleh anak kami.
Sebagai orang tui kita wajib mengawasi anak anak sampai sudah Mampu tau aturan kesopanan dan menjaga aurat.
Apakah anak muncul begitu saja? Tidak, Anak-anak bukan hanya muncul begitu saja dimuka bumi ini. Mereka muncul karena peran orang tua dalam meneruskan keluarganya. Orang tua lah yang menginginkan adanya anak.
Siapakah anak  itu? Anak itu adalah manusia yang masih kecil, yang memerlukan bimbingan dari orang tua dan nantinya akan dibentuk menjadi manusia dewasa.
Bagaimana membentuk anak menjadi manusia dewasa? Untuk menjadi manusia dewasa, anak itu akan disekolahkan oleh orang tua.
Pada intinya anak-anak harus disambut dalam kedatangannya dimuka bumi ini. Semua harus menerima kedatangan anak itu termasuk orang tua. Melalui pendidikan yang baiklah anak akan dibentuk menjadi manusia dewasa, dan orang tua ikut andil dalam proses tersebut. Itulah bentuk kepedulian orang tua dalam menerima anaknya.
Â
Bagaimana kenyataannya?
Realitas membuktikan banyak orang tua yang tidak menerima anak mereka. Anak-anak harus diterima apa adanya, baik itu pintar, kurang pintar, mempunyai kelemahan dalam intekektualnya. Permasalah kali ini adalah banyak kalangan orang dewasa yang tidak menerima kehadiran anak-anak.
Banyak orang tua yang menuntut anak mereka bisa berhitung, membaca lancar baik latin maupun arab, bisa menulis dengan lancar. Setelah lulus nantinya, orang tua menyekolahkan anak mereka di sekolah yang mahal dan orang tua melakukan segala upaya kepada anaknya dan mereka memaksa agar anak mengikut les (bimbingan belajar) atau mencarikan guru les privat.
Itu semua dilakukan dengan harapan agar anak bisa menjadi juara agar bisa membanggakan orang tua terhadap masyarakat.
Â
Bukankah itu bentuk sikap kepedulian orang tua terhadap anaknya?
Benar, hal tersebut merupakan bukti kepedulian orang tua terhadap anaknya. Namun tanpa disadari mereka telah merusak anak mereka sendiri. Anak dipaksa untuk hidup bukan tidak untuk usianya, anak hidup pada tingkat intelektual yang terlalu melampaui batas usia dan anakpun dijadikan robot oleh orang tuanya.
Karena materi yang diajarkan terlalu tinggi, anak merasa berat menerimanya. Dengan dunia anak yang masih dalam taraf bermain, bermainlah yang menjadi solusi pilihan daripada belajar. Kemudian kalau anak tidak belajar, sebetulnya tidak bisa belajar karena tuntutan yang memberatkan, ia dituduh orang tua malas belajar.
Hal tersebut sangat memprihatikan bagi kita, bahkan lebih menyedihkan lagi Kepala sekolah dan guru-guru di sekolah dasar yang mau melayani tuntutan orang tua dan ikut andil dalam menindas anak. Sungguh menyedihkan, Psikologis anak hancur. Anak tersebut bisa menjadi nakal, rewel, pasif dan tidak semakin percaya diri. Bagaimana nantinya sekolah dasar dapat mendidik dan mengajar anak seperti demikian? Bukan salah kurikulumnya, tuntutan orang tua lah yang menimbulkan kesulitan dan hambatan pada perkembangan pada diri anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H