Beberapa Bulan lalu, kita digemparkan dengan adanya beberapa konser yang sudah digelar dan yang akan digelar. Hal ini yang menjadi berawalnya fenomena Panic Buying saat pembelian tiket konser.Â
Fenomena Panic buying, menjadi masalah beberapa tahun belakang dalam pembelian tiket konser. Fenomena ini adalah aktivitas belanja berlebihan karena rasa panik yang dialami masyarakat. Fenomena ini umumnya didasari situasi eksternal yang dianggap genting dan menciptakan rasa panik berlebihan, sehingga membuat mereka membeli barang-barang dalam jumlah berlebih. Ini adalah respons emosional yang muncul ketika masyarakat menghadapi ancaman terhadap pasokan barang yang dianggap penting.Â
Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter Elfrina Mirna, "Panic Buying adalah membeli barang dengan jumlah yang tidak biasa dikarenakan adanya kekhawatiran atau kecemasan akan adanya suatu hal yang membuat kelangkaan atau kehabisan barang."Â
Fenomena Panic Buying pada saat pembelian tiket konser ini sering terjadi belakangan ini. Fenomena ini mengharuskan masyarakat membeli dengan terburu-buru atau panik akan kelangkaan tiket konser suatu musisi yang mereka suka. Jika terus menerus terjadi panik berlebihan akan menyebabkan gangguan kesehatan mental.Â
CONTOH PANIC BUYING!
Panic buying pada saat pembelian tiket konser terjadi ketika sejumlah orang memborong tiket konser dalam waktu singkat. Hal ini terjadi biasanya pada saat tiket konser baru dikeluarkan, atau ketika musisi atau band mengumumkan jadwal tour konser. Pembelian tiket konser banyak yang menggunakan sistem war atau rebutan. Hal ini yang membuat orang-orang harus memacu adrenalin agar mendapatkan tiket.
Seperti tiket konser blackpink dan coldplay yang dimana contoh dari Panic Buying pada saat pembelian tiket konser. Fans dari kedua musisi tersebut sangat banyak di Indonesia.Â
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANIC BUYING!Â
Dari contoh di atas, Ada banyak alasan orang ketika terpaksa melakukan panic buying, salah satunya dorongan emosi negatif. Inilah beberapa faktor yang mempengaruhi panic buying, Merujuk dari publikasi Factors Affecting Panic Buying Which Lead to Impulse Buying Among Consumers in Malaysia During Second Phase of MCO in 2021, ada beberapa faktor penyebab terjadinya panic buying:
- Kecemasan: Banyaknya orang yang ingin menyaksikan penampilan artis atau musisi idola mereka membuat persaingan untuk memperoleh tiket konser akan sangat ketat dan para penggemar musik akan merasa tertekan untuk segera membeli tiket agar tidak kehabisan.Â
- Media sosial:Â Media sosial sangat berpengaruh dalam faktor Panic buying. Media sosial dapat mempengaruhi pikiran kita terhadap orang lain dengan berita yang begitu cepat menyebar. hal itu menyebabkan perilaku pembelian impulsif karena tidak direncanakan, spontan, langsung. Itu akibat dari perilaku yang tiba-tiba dengan pertimbangan yang tidak memadai.
- Ketidakpastian:Â Dalam pembelian tiket konser online hal ini pasti terjadi karena Terdapat praktik jual beli tiket yang tidak resmi atau melanggar hukum yang umumnya dilakukan oleh individu yang menjual tiket secara tidak sah. Mereka memperoleh tiket dalam jumlah besar dan menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga aslinya, memanfaatkan kondisi kepanikan dalam membeli serta keinginan para penggemar musik untuk mendapatkan tiket konser.
DAMPAK PANIC BUYING UNTUK KESEHATAN MENTAL!Â
Panic buying tiket konser dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi si penggemar kepada kesehatan mental. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi akibat panic buying tiket konser menurut Dokter Elfrina Mirna bagi kesehatan mental:
1. Anxiety Disorder (gangguan kecemasan yang berlebihan).Â
Hal ini dikarenakan Panic buying yang berkelanjutan dan terus menerus maka seseorang dapat menjadi Anxiety Disorder.Â
2. Ganguan kontrol Impuls
Gangguan kontrol Impuls ini juga merupakan gangguan kesehatan mental yang bisa menjadi salah satu dampak dari Panic buying. Dimana bila Panic buying terus menerus maka seseorang akan kesulitan menahan diri untuk tetap melakukan Panic buying secara Agresif. Hal ini dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.Â
3. OCD (Obsessive Compulsive Disorder)Â
Panic buying juga dapat menyebabkan OCD (Obsessive Compulsive Disorder) yaitu seseorang akan melakukan kegiatan yang berulang-ulang diakibatkan adanya kecemasan yang berlebihan.Â
KESEHATAN MENTAL DAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL!
Kesehatan mental sendiri merujuk pada keadaan kesehatan dan kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Ini mencakup cara individu berpikir, merasakan, dan berperilaku, serta kemampuan mereka untuk menangani stres, berinteraksi dengan orang lain, dan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Menurut Dokter Elfrina Mirna, "Secara kesehatan mental Panic Buying ini harus dihindarkan atau dihilangkan.Â
Jika Panic Buying ini terus berlanjut akan mengakibatkan gangguan kesehatan mental yaitu dapat menjadi Anxiety Disorder (Gangguan kecemasan yang berlebuh pada seseorang terhadap suatu hal)." Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental adalah aspek penting dari kesehatan secara keseluruhan. Merawat kesehatan mental sama pentingnya dengan merawat kesehatan fisik. Mempertahankan keseimbangan emosional, memiliki koneksi sosial yang sehat, dan mencari bantuan profesional ketika diperlukan adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental yang optimal.
CARA MENGATASI PANIC BUYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL!Â
Ada 7 cara untuk mengatasi pengaruh panic buying terhadap kesehatan mental, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
- Tetap tenang dan rasional: Pertahankan ketenangan dan hindari ikut-ikutan terjebak dalam kepanikan. Sadari bahwa panic buying hanya akan memperburuk situasi dan tidak membantu dalam menghadapi krisis.
- Terbataskan paparan berita yang berlebihan: Terlalu banyak mengekspos diri pada berita tentang panic buying dan kekurangan pasokan hanya akan meningkatkan kecemasan dan stres. Pilih sumber informasi yang terpercaya dan batasi waktu yang dihabiskan untuk membaca berita tersebut.
- Buat rencana belanja yang rasional: Buat daftar kebutuhan dan prioritas belanja secara bijaksana. Hindari membeli secara berlebihan atau impulsif. Fokus pada barang-barang esensial yang memang diperlukan.
- Dukungan sosial: Terhubung dengan keluarga, teman, atau komunitas yang positif dan saling mendukung. Berbagi pengalaman dan perasaan dengan orang lain dapat membantu mengurangi ketegangan dan memberikan perspektif yang lebih seimbang.
- Jaga keseimbangan: Selain memperhatikan kebutuhan fisik, penting juga menjaga keseimbangan emosional dan mental. Luangkan waktu untuk beristirahat, tidur yang cukup, olahraga ringan, dan aktivitas yang menyenangkan untuk meredakan stres.
- Terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat: Temukan kegiatan atau hobi yang dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan pribadi. Hal ini dapat membantu mengalihkan perhatian dari kecemasan dan memberikan perasaan positif.
- Mintalah bantuan profesional: Jika kecemasan atau stres yang dihasilkan dari panic buying terus berlanjut dan mengganggu keseharian, penting untuk mencari bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan dukungan dan strategi koping yang efektif.
PENEKANAN DALAM PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL DAN AJAKAN UNTUK TETAP TENANG UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL
Di tengah situasi panic buying, menjaga keseimbangan mental menjadi hal yang sangat penting untuk menghadapi tantangan dengan lebih baik dan melindungi kesehatan pikiran kita. Mari kita tetap tenang, bertindak dengan bijak, dan mengutamakan kesehatan mental kita di tengah situasi panic buying. Dengan menjaga ketenangan dan mengambil keputusan yang bijak, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil secara emosional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H