Mohon tunggu...
Djagad Lelanang
Djagad Lelanang Mohon Tunggu... lainnya -

saya, lelaki dan terus mencoba menjadi lelaki dalam pikiran, perkataan dan tindakan saya. Saya terbuka dengan aneka pemikiran, konsep, sistem hidup, apapun itu hingga yg paling tak lazim pun.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kepada Gadis Yang Mengirimkan ku Foto Dirinya

30 November 2013   10:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusanku sudah bulat: aku harus berhenti. Aku harus berhenti memandangi foto-fotomu yang tersimpan di data laptopku. Masalahnya sederhana, tiap kali aku memandanginya, aku jadi berhenti bekerja.

Ya, aku harus berhenti mengagumi senyummu yang semanis madu. Aku juga harus menghilangkan kebiasaanku membuka laptop dengan membuka file-file berisi fotomu. Ya, aku senang mengamati lesung pipit di pipimu. Kamu tahu? Setelah kau kirim fotomu di email, yang kuunduh satu per satu itu, malamnya aku pandangi fotomu, dan ku-zoom tepat di lesung pipitmu.

Aku menulis di layar: “Paul Ricoeur mengawali karier filsafatnya ketika pemikiran Eropa didominasi oleh penulis-penulis seperti Husserl (1859-1938) dan Heidegger (1889–1976), Jaspers (1883-1969) dan Marcel (1889–1973). Gabriel Marcel bekerja di Paris ketika Ricoeur sedang melanjutkan studi di Sorbonne...”

Lalu, tiba-tiba aku tergoda membuka file berisi foto-fotomu, dan senyummu menyapu tokoh-tokoh filsafat yang pikirannya rumit itu. Tentu saja, memandangi senyummu adalah hiburan di tengah kepenatan atas pikiran kering bertualang dengan filsuf-filsuf itu. Memandangi senyumanmu di tengah baris-baris kalimat filsafat rasanya seperti seorang peziarah yang menemukan telaga di antara luas padang belantara. Senyummu memalingkan duniaku. Kalimatku tak rampung karena pada senyumanmu, seluruh diriku ditampung.

Aku geli membaca baris-baris tesisku: “...Perhatian Ricoeur mengatasi masalah Schleiermacher dan Dilthey, dan beralih dari pemikiran-pemikiran Kant (1724-1804) ke Fitchte dan Heidegger dengan perhatian utamanya pada keberadaan diri sendiri sebagai pewahyuan...senyuman.”

Bagaimana aku bisa begitu saja menambahi sebuah kata “senyuman” dalam baris-baris ilmiahku. Apakah kamu dan senyummu adalah pewahyuan? Bagaimana nanti kalau tulisan ini tak teredit dan dibaca oleh dosen pembimbingku. Betapa malunya diriku. Kamu harus tanggung jawab?

Aku harus menghentikannya. Ya, aku harus menghentikan memandangi fotomu. Kamu tahu, sekali waktu pernah kuhitung berapa lama aku menatap layar. Banyak waktuku terbuang hanya untuk memandangimu. Aku harus membulatkan tekadku, tak akan lagi menatap foto-fotomu. Tak hanya itu, aku akan menghapus file-file berisi fotomu!

Kini, Kamu harus tahu. Aku telah berhasil tak lagi memandangi foto-fotomu. Aku telah menghapusnya. Tak ada lagi senyuman yang ingin kupandangi. Tak ada lagi lesung pipit yang ingin kuintip? Aku menang.

Tapi, sial. Foto-fotomu memang telah hilang. Namun, kini ada gantinya yang datang. Ia datang tiap kali aku membaringkan diri di ranjang. Ia datang tanpa kuundang. Itu kamu dengan senyummu yang mengembang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun