Mohon tunggu...
Djadja Subagdja
Djadja Subagdja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Djadja Subagdja adalah seorang editor buku yang juga senang menulis apa yang dilihat dan dirasakannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ponsel Cerdas Nasional: Kenapa BB Masih Diminati?

21 Desember 2011   02:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik sekali tulisan Didik Djunaedi yang berjudul "Catatan Akhir Tahun: Peta Kekuatan Smartphone" yang dimuat Kompasiana hari ini. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa iPhone masih merajai pasar ponsel cerdas Amerika Serikat. Sementara itu, BlackBerry, yang berada di tempat kedua, mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Demikian dikemukakan Didik Djunaedi dalam tulisan yang didasarkan pada riset yang dilakukan oleh Nielsen.

Itu yang terjadi di Amerika Serikat. Entah apakah riset yang dilakukan mengambil sampel yang tepat atau tidak, tapi yang jelas memang setiap Apple meluncurkan produk baru, maka antrian di hari pertama penjualannya selalu menjadi berita utama media masa. Namun apa yang terjadi di negara kita?

Meskipun belum ada riset, kita lebih sering berjumpa dengan pengguna BB dibandingkan iPhone. Bahkan mungkin pengguna iPad di kita lebih banyak dibandingkan dengan iPhone. Perangkat tablet iPad kerap dipakai beberapa rekan saya ketika mengikuti rapat, tapi di sampingnya pasti ada BB. Sementara itu, beberapa rekan lainnya yang tidak memiliki iPad pada sibuk memijit-mijit tombol BB mereka. Saya cek satu per satu, ternyata tidak ada yang memakai iPhone.

Kenapa fenomena di kita bertolak belakang dengan di Amerika Serikat? Apakah karena kita belum makmur? Memang sih, jika kita bandingkan maka kemakmuran kita masih jauh, sementara harga iPhone lebih mahal dari BB. Namun kita tidak harus membandingkan seperti itu. Mari kita bandingkan perilaku konsumsi ponsel cerdas rakyat Amerika Serikat dengan perilaku konsumsi ponsel cerdas rakyat kita yang makmur.

Seperti yang saya sampaikan di atas, rata-rata rekan saya peserta rapat di atas termasuk kaum berada. Jadi tidak masalah bagi mereka untuk membeli apapun. Namun kelihatannya mereka lebih memilih memiliki sebuah Nokia, sebuah BB, dan sebuah iPad untuk keperluan mereka sehari-hari. Nah, pertanyaannya, mengapa mereka dulu (sebelum iPad keluar), tidak mengganti BB mereka dengan iPhone?

Itu dia pertanyaan utamanya. Sebetulnya, tahun lalu, ketika iPhone meledak di pasar Amerika Serikat dan Eropa, kaum berduit di negara kita "berkesempatan" mengganti BB mereka dengan iPhone yang lebih bergengsi dan lebih tinggi teknologinya. Namun itu tidak terjadi. Kali ini ada anomali dalam perilaku konsumsi kaum berduit kita. Apa yang menjadi penyebabnya?

Jika kita perhatikan, hal unik yang dimiliki BB adalah BBM (BlackBerry Messenger). Kegiatan BBM-an ini yang memberi nuansa beda antara pengguna BB dan yang tidak memilikinya. BBM menjadi sarana bercengkerama elektronis yang tanpa disadari bersifat mengikat. Apa lagi jika memiliki beberapa grup BBM, baik itu grup teman lama, teman baru, maupun keluarga besar. Ibaratnya, sekali masuk grup BBM, maka seterusnya kita terikat.

Beberapa saktu lalu saya memiliki sebuah BB, dan tentu saja akhirnya menjadi aktif ber-BBM, terutama di grup teman-teman sekolah. Bahkan sebelum tidur pun masih sempat BBM di grup. Namun kemudian BB saya rusak, dan tidak bisa diperbaiki. Akhirnya saya putuskan berhenti memakai BB. Bagi diri saya pribadi, tidak ada dampaknya, tapi kemudian hampir setiap hari ada saja teman yang mengajak saya kembali ke BB grup. "Ayo dong aktif lagi," ajak mereka.

Jadi itulah kenapa orang Indonesia yang pernah memiliki BB tetap mempertahankan BB-nya. Di kita, BB dipakai oleh kalangan atas dan menengah, bahkan beberapa kalangan bawah juga memlikinya. Nah, inilah yang menjadi alasan kenapa kalangan atas dan beberapa kalangan menengah tidak meninggalkan BB dan lantas beralih ke iPhone. Sulit bagi mereka untuk meninggalkan BBM dengan teman-temannya. Sementara bagi kalangan menengah ke bawah, mereka belum mampu membeli iPhone. Jadilah kaum menengah ke atas ini "tersandera" oleh komunitas BBM yang beragam kelas sosial ekonominya.

Itulah barangkali yang menjadi sebab mengapa kaum berduit di kita bertahan dengan BB, karena mereka tidak rela meninggalkan grup BBM bersama-teman-temannya. Sementara itu, kehadiran iPad menjadi solusi bagi kaum menengah ke atas, untuk tetap dapat tampil berkelas. Jadilah mereka pengguna iPad sekaligus pengguna BB. Gensi naik, tapi tetap bisa gaul dengan teman-teman di BB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun