Mohon tunggu...
Khenanga Khembank's Shore
Khenanga Khembank's Shore Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Saint Mary University, Hong Kong. "Believe in the beauty of your dream and trust Allah."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

7 Sahabat (Surat BBM untuk Presiden)

21 November 2014   18:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ngo to hai! rasanya dah nyampai leher nge-bayarinnya tiap bulan." timpal Kiko sambil cengar cengir. Tawa Enjell pun kian meledak.

"Nasib,,, nasib seorang babu alias TKW,,payah!!" celoteh Yuni menimpali tanpa memandang mereka.

"Kapan yow kita kaya, urip penak, ayem tentrem ora mbabu koyo ngene. tur ora BBM." Tanya Enjell mulai serius kembali.

"Tur Ora BBM kepriye tho Njell?" Tanya Kiko dengan duduk serius membalikkan tubuh seraya menatap.

"Lak ora ono BBM opo arepe mbrangkang?" Lanjutnya.

"Tur ora BENDINO BEN MIKIR (BBM)!" terangnya sambil tertawa sinis.

"Nah, kamu kan cantik Njell, dandanan keren, masa ga bisa dapet bule tajir." Yuni pun mulai menggodanya. Enjell tersipu malu oleh ucapan Yuni.

"Halaaahhh,,, si Enjell dandanan boleh keren. tau tau kena kanker alias kantong kering, obatnya ngutang. ora duwe isin!" Sindir Indra sambil tertawa terkekeh kekeh.

" Yow ben tho! emang kenyataane kok." balasnya sambil ikut tertawa di iringi yang lain. Enjell sedikitpun tak pernah merasa tersinggung. sejak kecil ia telah terbiasa dengan sebuah ejekan dan hinaan.

Aihhh... mereka. Apa adanya dengan karakter pribadi, problem, dan dilema masing-masing bertemu pada satu titik untuk menjadi satu, bersahabat, berbagi, dan saling melengkapi, mengisi layaknya warna pelangi. Satu demi satu mereka bercerita. aku hanya membisu mendengarkan keluh kesah mereka tentang hari-hari yang mereka lalui di negeri ini. Ada tawa, tangis, suka dan duka hingga pelecehan. aku masih membisu seribu bahasa, aku miris mendengarkan. rasanya kepalaku ingin meledak dan melemparkan granat ke istana negara.

"Kalau kamu bagaimana Tari?" Tanya Enjell menepuk pundakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun