Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sudahkah Dilakukan Evaluasi Strategi Penanganan Pandemi?

11 Januari 2021   16:06 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:01 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sejumlah calon penumpang berjalan di peron menuju rangkaian kereta rel listrik (KRL) Commuterline. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA via kompas.com)

Baca juga: Ubah Strategi Lawan Pandemi untuk Bangkitkan Ekonomi

Mengapa strateginya tidak diubah, misalnya menyehatkan masyarakat dengan meningkatkan imunitas tubuh. Lebih baik uang untuk pengadaan tes yang mahal tersebut dibelikan vitamin, buah-buahan, makanan bergizi untuk meningkatkan imun masyarakat. 

Setiap kantor tidak perlu menganggarkan lagi uang buat tes, tapi dialihkan untuk menyehatkan karyawannya dengan membeli hal-hal tersebut tadi. Hanya mereka yang sakit atau bergejala saja yang di tes dan diminta istirahat total, jangan diberi pekerjaan selama masa istirahat. 3M saja tidaklah cukup tanpa disertai dengan peningkatan imunitas masyarakat.

Kedua, sudahkan dievaluasi, berapa persen dari total kasus terkonfirmasi memang benar-benar bergejala, dan berapa persen pula yang hanya menjadi OTG atau Asimtomatis alias tanpa gejala? 

Jangan-jangan sebagian besar memang hanya asimptomatis saja yang hanya membutuhkan isolasi mandiri, tak perlu harus dirawat di rumah sakit. 

Hal ini untuk mengurangi beban rumah sakit dan kerja para nakes yang overload akibat harus menangani pasien OTG. Rumah sakit hanya untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan perawatan, bukan orang sehat tapi 'tertangkap basah' positif C-19.

Mereka yang meninggal juga seharusnya diteliti lebih jauh, benarkah semuanya murni C-19, atau ada penyakit penyerta, atau sebagian memang 'kebetulan' ketempelan virus saat dilakukan swab, seperti kasus nelayan yang tewas tenggelam dianggap meninggal akibat terpapar C-19 hanya berdasarkan hasil swab semata. 

PSBB Jawa Bali (Sumber: pikiran-rakyat.com)
PSBB Jawa Bali (Sumber: pikiran-rakyat.com)
Jangan semua digebyah uyah dimasukkan dalam statistik C-19, padahal bila dilakukan otopsi bisa saja penyebabnya virus atau bakteri lain, atau kejadian yang sama sekali tidak berhubungan dengan virus seperti kecelakaan.

Ketiga, sudahkah dikaji dampak turunan dari penanganan wabah C-19 ini? Mulai dari pasien penyakit lain yang memerlukan pertolongan pertama seperti ibu hendak melahirkan, cuci darah, operasi, yang terpaksa meregang nyawa akibat harus menunggu hasil tes-tes bahkan selama berhari-hari baru keluar. 

Sudahkah SOP penanganan pasien gawat darurat dievaluasi kembali agar tidak terjadi lagi pasien kehilangan nyawa hanya gara-gara harus menunggu hasil tes-tes tersebut. Jangan nyawa pasien dikorbankan hanya karena ketakutan yang berlebihan terhadap penularan virus ini.

Lalu berapa yang mati kelaparan dan bunuh diri akibat di-PHK, berapa banyak UMKM dan industri lain yang bangkrut akibat terlalu seringnya PSBB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun