Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Saya Jadi Fahri Hamzah

12 Agustus 2020   12:30 Diperbarui: 12 Agustus 2020   12:58 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fahri Hamzah dan Fadli Zon Muda (Sumber: suara.com/ twitter)

Pertama-tama, saya akan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas penghargaan yang diberikan bapak Presiden kepada saya. Saya percaya beliau memberikan ini dengan rasa ikhlas dan tak ada tendensi apapun sesuai dengan kedudukan sebagai Wakil Ketua DPR yang pernah saya emban selama lima tahun sebelum ini. Saya percaya ini bukan masalah kompromi politik mengingat saya bukanlah menjadi bagian lagi dari PKS, partai yang membesarkan saya dan mendudukkan saya dalam kursi tersebut serta tetap konsisten untuk menjadi oposisi dalam pemerintahan sekarang.

Kedua, dengan tidak mengurangi rasa hormat dan penghargaan sebesar-besarnya kepada bapak Presiden, saya akan mengembalikan penghargaan tersebut kepada Bapak untuk diberikan kepada orang atau pihak yang lebih berhak. Saya sadar bahwa pengembalian ini akan menimbulkan konsekuensi hukum dan pro kontra di kalangan masyarakat. Namun saya juga memiliki alasan untuk mengembalikan penghargaan tersebut saat saya akan menerimanya nanti di Istana Negara.

Alasan saya untuk mengembalikan penghargaan tersebut antara lain:

Satu, penghargaan tersebut diberikan karena saya menjabat Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKS. Padahal saya sudah dipecat di tengah jalan oleh PKS walau secara hukum telah dibatalkan oleh MA. Bila saya pribadi tanpa kendaraan PKS tentu tidak akan memperoleh penghargaan tersebut. Jadi lebih tepat kalau penghargaan tersebut diberikan kepada partai saya, atau para pimpinan DPR yang lain yang belum diusulkan untuk memperoleh penghargaan tersebut, seperti bapak Setya Novanto yang pernah menjadi Ketua DPR pada periode saya.

Dua, saya secara resmi telah memiliki partai baru Gelora dan tidak lagi menjadi anggota PKS. Jadi tak elok rasanya menerima penghargaan ini karena jabatan saya di masa lalu yang terkait dengan PKS. Saya ingin lebih fokus mengembangkan partai Gelora agar mampu meraih suara yang cukup untuk melewati electoral threshold atau batas ambang pemilihan. Dengan demikian partai saya akan memiliki kursi di DPR dan saya bisa kembali bersuara lantang setelah lima tahun ini berpuasa.

Tiga, saya akan tetap konsisten mengkritik jalannya pemerintahan presiden Jokowi. Jadi saya tak ingin hanya gara-gara menerima penghargaan lalu suara saya jadi sumbang dan meredup. Saya harus tetap lantang menyuarakan aspirasi rakyat yang selama ini terpinggirkan oleh suara oligarki yang sedang berkuasa. Mungkin berbeda dengan rekan saya Fadli Zon yang partainya sudah terbelenggu koalisi dalam pemerintahan dan masih berharap pemimpin partainya menjadi capres kembali tahun 2024 mendatang.

Empat, saya menghormati para relawan Jokowi yang telah susah payah mendudukkan beliau memperpanjang kursinya selama lima tahun mendatang. Sementara saya sendiri justru rajin menghalangi beliau untuk menjadi RI-1 kedua kalinya. Jangan sampai hal ini jadi preseden di masa datang bahwa para penentang presiden terpilih akan memperoleh penghargaan sementara para relawan yang berkeringat bahkan berdarah-darah justru merasa terpinggirkan.

Kelima dan terakhir, saya berharap rekan saya Fadli Zon tidak mengikuti jejak saya karena partainya sudah menjadi bagian dari koalisi pemerintahan. Saya doakan agar Fadli Zon sukses mendorong pak Prabowo untuk mencalonkan diri kembali menjadi presiden pada pilpres 2024 mendatang.

Saya juga berharap beliau tetap kritis walau berada di dalam koalisi pemerintahan sekarang, agar suara-suara yang terpinggirkan bisa tetap terwakili. Jangan sampai negara berjalan tanpa rem di tengah kondisi krisis multidimensi seperti sekarang ini.

* * * *

Demikian suara hati saya, semoga bapak Presiden berkenan menerima pengembalian kembali penghargaan yang telah saya terima. Saya berharap Bapak lebih memperhatikan para relawan dan orang-orang yang telah bersusah payah mengangkat Bapak daripada saya yang justru selama ini menentang Bapak untuk menjadi presiden kedua kalinya. Terima kasih atas perhatian Bapak dan selamat hari kemerdekaan RI yang ke-75.

* * * *

"Bangun! Bangun! Azan Subuh! Ayo sholat ayah," suara anakku memekakkan telinga.

Ah, ternyata saya hanya bermimpi. Seandainya beliau membaca tulisan ini .......................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun