Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ubah Strategi Lawan Pandemi untuk Bangkitkan Ekonomi

23 Juli 2020   20:25 Diperbarui: 24 Juli 2020   19:28 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Wiku Memberi Pengumuman Terakhir (Sumber: grid.id)

Setelah empat bulan lebih kita setiap hari disuguhi pengumuman kasus corona, akhirnya tayangan tersebut dihentikan dan dilanjutkan dengan pengumuman di website saja. 

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga sudah dilebur dalam Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Tentu ini sebuah langkah maju pemerintah yang sebenarnya telah ditunggu-tunggu sejak lama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi.

Namun langkah tersebut seharusnya juga diikuti dengan perubahan strategi melawan pandemi. Strategi berburu virus menjadi tidak relevan lagi karena sudah terlanjur menyebar relatif merata ke seluruh Indonesia. 

Tes massal juga menjadi tidak efektif karena malah memakan korban orang-orang yang sebenarnya sehat, namun karena 'diduga' terpapar virus dianggap sebagai kasus. Padahal yang namanya penyakit seharusnya mendata orang yang sakit, bukan orang sehat seperti sekarang ini yang istilah lamanya disebut OTG. 

Strategi penanganan covid-19 sudah mulai fokus penanganan pada mereka yang benar-benar sakit, bukan pada OTG-nya. Selain itu penting untuk mengkampanyekan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), meningkatkan imunitas tubuh, dan cara penyembuhan seperti bedrest atau beristirahat total bila terjadi demam, bukan sekedar memutar kaset usang pakai masker dan jaga jarak saja. 

Toh tanpa obat dan vaksin belum ditemukan, sudah banyak yang sembuh. Hal ini berarti bahwa metode penanganannya sudah tepat, hanya perlu disosialisasikan lebih luas kepada masyarakat.

Setelah itu pemerintah fokus untuk membangkitkan perekonomian dengan mencabut aturan-aturan yang menghambat seperti kewajiban rapid test dan atau mengurus surat keterangan kesehatan untuk bepergian, melamar kerja, berwisata, dan sebagainya. Surat-surat tersebut selain tidak berguna juga tidak efektif untuk mencegah penularan virus. 

Daripada uang negara habis hanya untuk rapid test dan swab test, lebih baik belikan masker dan face shield untuk melindungi masyarakat dalam beraktivitas seperti bepergian dan berwisata. 

Rapid tes dan swab tes hanya benar-benar digunakan untuk menjadi alat bantu diagnosa orang yang sakit, bukan untuk berburu virus seperti sekarang ini.

Selain itu pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pengusaha yang sudah bangkrut untuk kembali beroperasi seperti sediakala. Insentif dapat berupa keringanan pajak, dukungan finansial atau pinjaman lunak kepada pengusaha, serta kemudahan perizinan untuk membuka kembali usahanya. 

Jangan sampai mereka yang ingin membuka usaha malah dihambat oleh aturan-aturan yang tidak penting dan bermanfaat serta oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Alihkan sebagian anggaran rapid tes dan swab tes untuk membantu para pengusaha agar bangkit dari kuburnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun