Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Legiun Asing Liverpool Penentu Raihan Pertama Premier League

27 Juni 2020   21:59 Diperbarui: 27 Juni 2020   22:36 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Squad Liverpool 2019-2020 (Sumber: liverpoolfc.com)

Tahun ini menjadi masa istimewa bagi Liverpool yang untuk pertama kalinya meraih titel di era Premier League setelah 28 tahun berlangsung, dan pertama kali pula setelah 30 tahun menanti raihan menjadi jawara di tanah Inggris setelah terakhir diraih musim 1989/1990 di era First Division. Istimewa juga karena berlangsung di era pandemi corona yang belum juga berakhir, dan gelar juara nyaris raib karena sempat ada wacana untuk menghentikan liga premier seperti kejadian di Liga Perancis dan Belanda.

Beruntunglah Jerman berani memulai liga, disusul Spanyol dan Italia beberapa minggu kemudian. Terakhir barulah Premier League kembali bergulir minggu lalu walau tanpa dihadiri penonton seperti di liga-liga lainnya. Harapan yang nyaris pupus akhirnya kembali tumbuh walau sempat tersendat di laga pertama pasca pandemi melawan Everton yang berakhir dengan skor kacamata. Sementara pesaing terdekat City yang terpaut 25 poin dan satu pertandingan sisa berhasil meraup 6 poin penuh dari dua pertandingan pertamanya.

Asa Liverpool menjadi juara akhirnya terpenuhi setelah memukul Crystal Palace 4-0 dan sehari setelahnya City justru kalah dari Chelsea sehingga memuluskan sekaligus mempercepat langkah Liverpool menjadi juara Premier League untuk pertama kalinya. Seharusnya real final Liga Inggris berlangsung tanggal 2 Juli 2020 saat Liverpool bertanding kontra Manchester City di Etihad Stadium. Namun bisa jadi karena angka yang dikejar terlalu jauh, City tampaknya sudah merelakan gelar juara sebelum tanding barata yudha minggu depan.

Kesuksesan Liverpool kali ini agak berbeda dengan era masa keemasan dekade 70'an hingga akhir 80'an. Pada masa itu satu-satunya pemain asing yang berperan besar dalam raihan berbagai piala adalah Bruce Grobelaar, kiper kelahiran Zimbabwe yang setia. Pemain-pemain lainnya sebagian besar berasal dari Britania Raya seperti Ian Rush dari Wales, Kenny Dalglish dari Skotlandia, Ronnie Whelan dari Irlandia. Saat itu memang keberadaan pemain asing masih dibatasi maksimal tiga orang di luar Britania Raya, tidak seperti sekarang ini di era Uni Eropa setiap pemain berpaspor negara Uni Eropa bebas bermain tanpa batas, kecuali di luar Uni Eropa yang masih dibatasi tiga orang.

Demikian pula dengan para pelatihnya mulai dari Bill Shankly dan Kenny Dalglish asal Skotlandia, Bob Paisley dan Joe Fagan asli Inggris (England) semua berasal dari Britania Raya. Era pelatih asing baru dimulai ketika Gerard Houllier (Perancis) menukangi Liverpool musim 98/99, disusul Rafael Benitez (Spanyol) musim 04/05 yang sukses membawa Liverpool menjadi juara Liga Champions kelima kalinya dalam final dramatis di Istanbul setelah sempat tertinggal 0-3 di babak pertama dari AC Milan sebelum menyamakan kedudukan 3-3 dan menang adu penalti. Dua tahun berikutnya Benitez kembai membawa Liverpool ke final Liga Champions dengan lawan yang sama, namun kali ini giliran AC Milan yang juara dengan skor 2-1.

Berbeda dengan zaman keemasan mereka yang didominasi pemain dari Britania Raya, kali ini squad inti Liverpool justru didominasi pemain asing. Mulai dari kiper Allison Becker (Brasil), lalu bek tengah Virgil van Dijk (Belanda), gelandang Naby Keita (Guinea) dan Wijnaldum (Belanda) hingga trio penyerang Mo Salah (Mesir), Sadio Mane (Senegal), dan Firmino (Brasil). Sementara produk lokalnya bek kiri Andy Robertson (Skotlandia), bek tengah Joe Gomez dan bek kanan Trent-Alexander Arnold (Inggris), serta gelandang sekaligus kapten Jordan Henderson (Inggris).

Penggunaan pemain asing memang sudah lazim sejak dilonggarkannya aturan jumlah pemain Uni Eropa tahun 2000an. Banyak pemasin berbakat dari benua lain seperti Amerika Latin dan Afrika berbondong-bondong membanjiri liga-liga Eropa. Para pencari bakat lebih senang mengambil bibit unggul dari benua lain karena harganya jauh lebih murah dan skillnya di atas rata-rata pemain muda di Eropa. Resikonya memang timnas kesulitan mencari bibit-bibit unggul dari negerinya sendiri karena kalah bersaing dengan pemain dari benua lain tersebut.

Kembali ke laptop, keberhasilan Liverpool menjuarai Premier League tahun ini dan Liga Champions tahun sebelumnya juga berkat besutan pelatih asing asal Jerman bernama Juergen Klopp. Eks pelatih Dortmud yang terkenal dengan gaya Geggenpressing-nya ini membuat gaya kick and rush yang selama ini dianut Liverpool menjadi kuno. Gaya permainan yang mirip total football ini membuat Liverpool selalu bermain menyerang dan menekan (pressing football) ketika kehilangan bola. Tak ada dalam kamus mereka 'parkir bus' dan sepakbola pragmatis ala Mourinho sehingga penampilan mereka di era Klopp selalu menarik untuk ditonton. Klopp juga menjadi pelatih asal Jerman pertama yang meraih trofi Liga Inggris

Klopp juga menemukan lubang menganga di daerah pertahanan yang selalu menjadi titik lemah Liverpool selama 30 tahun terakhir ini. Selama ini kita lebih mengenal gelandang dan penyerang Liverpool ketimbang bek atau kipernya. Satu-satunya kiper legendaris Liverpool adalah Bruce Grobelaar yang juga jadi satu-satunya pemain asing di tim inti Liverpool saat itu. Kita lebih kenal Steven Gerard, gelandang legendaris Liverpool pengganti Kenny Dalglish, atau Michael Owen, penyerang rising star yang keburu redup setelah pindah ke Real Madrid. Ian Rush, siapa yang tak kenal beliau sebagai penyerang legendaris yang menjadi pencetak gol terbanyak Liverpool sepanjang masa dengan torehan 346 gol di seluruh kompetisi.

Sementara itu lini pertahanan saat awal Klopp datang diisi oleh pemain yang kurang tangguh dan sering bikin blunder. Contoh terakhir adalah Loris Karius dengan dua kali blundernya di final Liga Champions membuat Liverpool tumbang di tangan Real Madrid. Kehadiran van Dijk dari Southampton serta Allison di musin berikutnya membuat lini pertahanan Liverpool menjadi lebih tangguh, didukung oleh bek kanan kreatif Trent-Alexander Arnold yang juga menjadi pemberi assist terbanyak, bek kiri Andy Robertson, dan tandemnya Joe Gomez.

Sejauh ini hingga pertandingan ke-31 pertahanan Liverpool termasuk yang terkuat dengan hanya kebobolan 21 gol saja dan sekali kalah. Saingan terdekat malah Leicester City dengan 29 gol dan MU serta Shiffield United dengan 31 gol. Musim lalupun Liverpool juga hanya kebobolan 22 gol dari 38 pertandingan dengan hanya sekali kalah, namun karena banyak hasil seri maka gelar juara direbut oleh City dengan hanya selisih satu poin saja. Inilah modal besar Liverpool, disamping trio Firmansah yang fenomenal itu yang membawa Liverpool menjadi juara Premier League untuk pertama kalinya.

Trio penyerang asingnya juga memiliki rekor gol yang lumayan fantastis. Salah sendiri sudah mencetak 71 gol dari 101 pertandingan Premier League dalam tiga musim terakhir, sementara Mane 60 gol dari 120 pertandingan dalam empat musim, dan Firmino 56 gol dari 168 partai dalam lima musim. Musim ini trio Firmansah telah mencetak 40 gol dari total 70 gol dalam 31 pertandingan atau sekitar 59%, sementara tahun lalu 56 gol dari total 89 gol atau sekitar 57% dari keseluruham. Firmino sendiri menjadi satu-satunya penyerang yang selalu bermain di Premier League musim ini.

Dengan formasi seperti sekarang ini, saya yakin tahun depan Liverpool dapat lebih berjaya lagi. Hanya godaan klub lain untuk menggaet Salah dan Mane membuat situasi di ruang ganti agak sedikit goyah. Salah dan Mane yang sedang memasuki usia emas tentu tak ingin menyia-nyiakan tantangan di klub baru selagi sedang berada di puncak karir. Namun di sisi lain Liverpool juga masih memerlukan tenaga mereka, paling tidak satu musim ke depan untuk mempertahankan gelar sekaligus menjajal calon pemain pengganti mereka seperti Minamino agar bisa semakin beradaptasi dengan tim inti, Origi dan Shaqiri mulai menemukan bentuk terbaiknya, tidak lagi inkonsisten seperti musim-musim sebelumnya.

Selamat buat Liverpool, walau sayangnya tahun ini tersingkir dari arena Liga Champions dan Piala FA. Namun para legiun asing tersebut termasuk sang pelatih Jurgen Klopp telah menjadi legenda baru Liverpool, mengalahkan Gerard dan Owen dkk serta Benitez yang 'hanya' mampu mempersembahkan gelar Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub 2005 lalu. Total sudah empat gelar diraih selama era Klopp, pertama Liga Champions 2019, Piala Super Eropa 2019, Piala Dunia Antarklub 2019, dan Premier League 2020. Semoga sukses dengan legiun asingnya tetap berlanjut di musim berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun