Esensi travelling tak cuma sekedar mengunjungi tempat wisata, melihat-lihat kota atau desa, lalu pulang begitu saja. Travelling itu sejatinya mencari suasana lain yang tidak bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat travelling kita bisa mengenal dan menyelami langsung kearifan lokal, adat istiadat setempat, etika dan moral serta kebudayaan lokal yang belum tentu ditemui di tempat lain. Apalagi buat tipe orang yang tidak betah di rumah, doyan petualangan, suka mencari sensasi baru, jalan-jalan beneran takkan tergantikan oleh travelling virtual.
Namun kita juga menyadari, situasi sekarang ini memang belum memungkinkan untuk bepergian jauh tanpa tujuan khusus seperti bisnis atau mengunjungi orang tua, apalagi ke luar negeri.
Travelling virtual merupakan solusi jangka pendek untuk mengobati rasa rindu untuk menggantikan jalan-jalan ke luar rumah. Paling tidak kita sudah punya gambaran sebelum mengunjungi tempatnya secara langsung dan tak perlu buang-buang waktu banyak untuk eksplorasi.
Dengan mulai dilonggarkannya PSBB sekaligus dimulainya new normal, kita bisa mulai jalan-jalan ke luar rumah yang jaraknya bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor.
Misal kalau tinggal di Jabodetabek, kita masih bisa jalan-jalan ke Puncak atau Anyer, paling jauh seputaran pulau Jawa bagian barat hingga tengah. Anggap saja sebagai pemanasan sebelum situasi benar-benar kembali menjadi normal seperti sediakala. Jangan lupa tetap ikuti protokol kesehatan, pakai masker dan jaga jarak di tempat umum.
Mumpung ada waktu luang, sekalian juga buat paspor bagi yang belum punya atau perpanjang paspor bagi yang hampir kadaluwarsa. Selain itu kita juga bisa mulai menabung mengumpulkan pundi-pundi selama masa pandemi ini. Ketika satu dua tahun ke depan kondisi sudah kembali normal, kita bisa jalan-jalan lagi ke luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H