Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenang Tedjo Soemarto dan Forum Negara Pancasila

1 Juni 2020   18:33 Diperbarui: 1 Juni 2020   18:30 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tedjo Soemarto Pembawa Acara FNP (Sumber: historia.id)

Melihat kondisi yang terjadi akhir-akhir ini, kadang memori kembali ke masa lalu yang masih teratur, tertata, walau kadang hidup dalam ketakutan. Masa-masa orde baru banyak acara-acara yang disiarkan oleh pemerintah di radio maupun televisi seperti dari desa ke desa, kelompencapir, berita ekonomi, sampai forum negara Pancasila. Para Kompasianers era kolonial pasti masih ingat acara-acara yang saya tulis di atas

Berkaitan dengan hari Pancasila, dulu ada acara di RRi namanya Forum Negara Pancasila yang dipandu oleh bapak Tedjo Soemarto. Beliau inilah yang mengampu acara tersebut dari awal 80-an hingga berakhir setelah Orde Baru tumbang. 

Waktu siarnya biasanya setiap hari Minggu pagi dan materinya bermacam-macam namun lebih banyak pada pengamalan dan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Forum Negara Pancasila menjadi acara ampuh untuk indoktrinasi Pancasila kepada masyarakat luas. Penyampaian beliau yang luwes juga membuat pendengarnya betah dan semakin hari semakin banyak peminatnya sehingga pemerintahpun mewajibkan siaran radio swasta untuk merelaynya. 

Kita tentu masih ingat jargon melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, itulah alat Orde Baru untuk melestarikan Pancasila dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari Historia.id, program ini bukanlah didesain dengan sengaja, melainkan sebagai tindak lanjut dari arahan Menteri Penerangan saat itu Ali Murtopo untuk membuat sebuah acara yang bertemakan penerangan politik, hukum, dan tatanegara di RRI dan tak boleh kehabisan bahan. 

Namun saat itu tak satupun pihak yang sanggup untuk membuat acara tersebut, sehingga meminta beliau untuk membuatnya. Beliau akhirnya menyanggupi permintaan tersebut dan mulai menyusun materinya. 

Setelah mendapat persetujuan Menteri Penerangan, Forum Negara Pancasila tayang perdana di bulan Februari 1981 pada hari Minggu pagi secara langsung. Pak Harto rupanya senang dengan siaran tersebut dan meminta semua menterinya ikut mendengarkan. Acara tersebut ternyata sangat efektif untuk memasyarakatkan Pancasila sekaligus menyampaikan pesan-pesan pemerintah sebagai negara hukum. 

Kesuksesannya memandu acara tersebut membuat Tedjo menjadi narasumber untuk mengisi penataran P4 maupun berbagai seminar yang bertemakan Pancasila. 

Beliau sendiri termasuk salah satu manggala tingkat nasional yang diandalkan oleh BP7, sebuah lembaga yang fungsinya mirip dengan BPIP sekarang. Sayangnya BPIP belum kelihatan kiprahnya, malah sibuk bikin konser yang kontroversial di bulan puasa.

Kesibukan beliau membuat acara Forum Negara Pancasila tak lagi siaran langsung tapi diganti dengan rekaman suara beliau yang sudah dipersiapkan untuk beberapa episode sekaligus. Atas jasa-jasanya, pemerintahpun memberikan penghargaan Bintang Mahaputra dan dari Departemen Penerangan diberikan Cincin Ananta Kupa yang merupakan penghargaan tertinggi departemen tersebut.

Namun tak ada yang abadi di dunia ini. Tumbangnya Soeharto membuat segala yang berbau orde baru dihilangkan termasuk GBHN berikut Penataran P4 di dalamnya. 

Acara Forum Negara Pancasila dihentikan siarannya oleh RRI tahun 1999 sebagai tindak lanjut dari penghapusan TAP II/MPR tahun 1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa yang merupakan penjabaran dari pengamalan sila-sila Pancasila dalam 36 butir yang disebut P4. Sayangnya, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai aktivitas beliau setelah meninggalkan program tersebut.

Ibarat kata pepatah, sesuatu itu baru terasa setelah hilang. Walau pelajaran tentang Pancasila itu kadang menyebalkan dan membosankan, namun setelah hilang baru terasa bahwa kehadiran P4 sebagai penjabaran sila-sila Pancasila masih dibutuhkan di tengah suasana pandemi dan perpecahan bangsa yang belum juga usai sejak pilpres 2014 lalu. 

Pengamalan Pancasila yang murni dan konsekuen harus dilanjutkan oleh BPIP dengan menciptakan program yang tepat dan bermanfaat, bukan sekedar menghabiskan anggaran saja. Pancasila harus kembali menjadi pemersatu bangsa, bukan sekedar ideologi semata.

Sumber:

(1) Historia.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun