Hanya saya dan satu dua orang lain saja yang alhamdulillah hingga pulang tidak sakit sedikitpun. Bahkan yang muda saja juga ikutan sakit, karena merasa kuat sehingga sering memaksakan diri ibadah tiap hari tanpa henti.
* * * *
Pandemi corona seolah mengingatkan kita bahwa kewajiban haji bukan sekedar mampu secara materi saja, tapi juga secara fisik harus prima. Di masa datang, jamaah haji harus dibatasi usia dan kesehatannya. Â Hal ini untuk mengurangi panjangnya antrian yang sudah mencapai 20 tahun, bahkan ada daerah yang waktu tunggunya sampai 30 tahun. Sayang kan waktu daftar masih muda, tapi saat pergi sudah di atas 50 tahun karena terlalu lama menunggu.
Mulai tahun 2021, jamaah haji yang berusia di atas 50 tahun diperketat seleksinya dan diperiksa kesehatannya. Mereka yang sudah memiliki komorbid dilarang untuk berangkat haji dan dikembalikan uangnya secara penuh.Â
Kuota untuk orang tua dikurangi, dan untuk anak muda yang sehat ditambah sehingga terjadi keseimbangan dalam satu kloter, minimal 40% di atas 50 tahun dan 60% di bawah 50 tahun. Hal ini untuk menjaga kenyamanan beribadah terutama bagi yang muda agar tidak terganggu harus menjaga yang tua dan sakit-sakitan, serta mempermudah petugas untuk mengontrol mereka yang sakit.
Di sana, sebelum corona saja sudah berbagai virus dan bakteri berkumpul yang dibawa jutaan orang dari seluruh penjuru dunia. Apalagi sekarang ditambah virus SARS-COV2, tambah panjang lagi urusannya.Â
Jadi orang yang pergi haji sekarang harus benar-benar kuat antibodinya dan kebal terhadap segala jenis virus dan bakteri. Hanya mereka yang kuatlah yang selamat tanpa sakit sampai kembali ke rumah. Jadi pemerintah harus lebih selektif lagi menentukan jamaah haji yang boleh berangkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H