Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Pancasila Buddha dalam Puasa Ramadhan

7 Mei 2020   23:09 Diperbarui: 7 Mei 2020   23:22 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Hari Raya Waisak (Sumber: kaltim.tribunnews.com)

Buddha adalah sebuah agama yang penuh dengan pesan-pesan filosofis, tidak sekedar ritual fisik namun juga berisi pesan moral kepada umatnya untuk berbuat kebajikan serta menjauhi kejahatan. Mirip dengan falsafah amar ma'ruf nahi mungkar dalam ajaran Islam yang mewajibkan berbuat kebaikan dan melarang berbuat jahat.

Salah satu falsafah Buddha yang terkenal adalah Pancasila yang menekankan pesan moral untuk tidak berbuat kejahatan, salah satu dari tiga pesan Buddha, dua lainnya adalah lakukan kebajikan dan sucikan pikiran. Kelima sila tersebut adalah:

1. Menghindari pembunuhan (Fannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi)

2. Menghindari mengambil sesuatu yang tidak diberikan (Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi)

3. Menghindari perbuatan asusila (Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami)

4. Menghindari perkataan bohong atau ucapan tidak benar (Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami)

5. Menghindari minuman keras atau zat yang dapat menurunkan kesadaran (Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadang samadiyani)

Lima hal itulah yang harus dihindari manusia agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta untuk melatih ketinggian moral serta integritas seorang manusia. Kalau kita gagal melaksanakan pancasila itu berarti jatuh kembali ke alam binatang. Sebaliknya bila berhasil melaksanakan lima sila tersebut manusia akan terangkat derajatnya menjadi mulia.

Hal ini relevan dengan makna puasa yang tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, tapi juga melawan hawa nafsu. Saat berpuasa kita dilarang untuk membunuh, tidak boleh mencuri, berbuat asusila, berkata bohong, dan tidak minum minuman keras. Tidak hanya saat berpuasa saja hal tersebut dilarang tapi juga selama manusia itu hidup seharusnya menghindari kelima hal tersebut. Ajaran Islam sangat keras melarang kelima hal tersebut dan hukumannya sangat berat di hari akhir nanti.

Bisa jadi virus covid 19 hadir karena manusia melanggar falsafah pancasila Buddha. Manusia sudah saling membunuh demi mengejar kekuasaan dan materi. Manusia yang berkuasa punya hobi korupsi sementara yang di lapisan bawah mengambil sesuatu yang bukan haknya. Manusia juga semakin liar karena hanya menginginkan berbuat asusila tapi tidak bertanggung jawab untuk melestarikan keturunan. Manusia sering menyebar hoax, berita bohong, pemimpin tidak sama perkataan dengan perbuatan, pagi dele sore tempe. Manusia juga semakin hobi nangkring menghabiskan waktu atau main game berjam-jam hingga menurunkan kesadaran untuk beristirahat.

Ekosistem menjadi tidak seimbang karena ulah manusia merusak alam dengan perilaku yang melanggar falsafah pancasila Buddha. Alam menjadi rusak, sungai-sungai menjadi coklat, langit menghitam karena polusi udara yang semakin tinggi, lahan hijau semakin berkurang berganti hutan beton yang semakin merajai kota. Ozon mulai berlubang, es mulai mencair, banjir dimana-mana, erupsi dan gempa semakin sering terjadi. Itu karena keseimbangan alam sudah bergeser dan ada rantai makanan yang hilang.

Covid 19 hadir untuk membersihkan bumi dari keserakahan manusia yang tak terbatas hingga dipaksa untuk berhenti sejenak dengan berdiam diri di rumah saja. Bumi menjadi lebih hijau, langit lebih biru dan ozon kembali melapisi bumi yang sempat berlubang. Setelah tercapai kembali keseimbangan alam, manusia akan kembali berkiprah di muka bumi dengan kebiasaan baru yang mungkin berbeda dengan kebiasaan sebelumnya atau bahasa kerennya New Normal. Manusia jadi lebih memperhatikan kebersihan diri sendiri dan lingkungan, alam sekitar, serta mengurangi polusi udara.

Demikian pula dengan berpuasa Ramadhan, fungsinya untuk membersihkan diri baik fisik maupun jiwa. Kita dipaksa untuk bersikap sabar, tidak mengikuti hawa nafsu baik sekedar makan dan minum tapi juga keinginan duniawi lainnya yang tanpa batas. Apalagi di tengah wabah yang sedang mendera, kita benar-benar harus berpuasa bepergian, berpuasa nangkring, berpuasa berbuat asusila, berpuasa bohong, korupsi, apalagi membunuh sesama, tidak hanya fisik namun juga pembunuhan karakter, seperti tertuang dalam pancasila sang Buddha.

Semoga wabah segera berlalu seiring dengan semakin dekat menuju hari raya agar semua dapat merayakannya dengan gembira. Terima kasih sang Buddha atas petuah bijaknya, selamat hari raya Waisak tahun 2564 BE.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun