Dua bulan belakangan ini gula menjadi barang yang tidak hanya mahal harganya tapi juga langka. Tidak semua pasar swalayan maupun minimarket menyediakan gula, seringkali habis ketika saya berbelanja di situ. Sementara di warung-warung dan pasar lokal dekat rumah juga langka, kalaupun ada harganya masih cukup tinggi, walau sekarang katanya sudah mulai turun.
Butuh kesabaran dan ketelatenan untuk memperoleh harga gula sesuai dengan ketentuan pemerintah sebesar 12.500 Rupiah per kilogram. Hingga menjelang awal Ramadhan, saya belum memperoleh gula dengan harga tersebut. Paling-paling untuk memenuhi kebutuhan gula, saya beli hanya setengah kilo saja di warung tetangga untuk seminggu, sambil berharap harga akan segera turun. Lagipula saya dan istri juga jarang minum gula, dan anak-anakpun diminta untuk berhemat dengan lebih banyak minum air putih atau teh pahit.
Untunglah sembako yang lain seperti beras dan minyak masih tersedia dengan harga normal, beras premium sekitar 55-65 Ribu, sementara minyak goreng harga diskon 24 Ribu, sama dengan harga di warung. Kebetulan ada susu kental manis yang sedang diskon 25% karena mendekati masa kadaluarsa sehingga harganya hanya 5400 Rupiah saja.
Biasanya saya berbelanja di pasar swalayan murah yang ada dekat rumah, namun kali ini saya coba jalan agak jauh sekitar 5 km sambil iseng-iseng siapa tahu ada gula. Pucuk dicinta ulam tiba, rupanya hari itu memang sedang beruntung. Sepertinya baru saja datang stok gula dari gudang dan tampak sedang disusun oleh petugas. Kebetulan juga pasar swalayan tersebut tidak terlalu ramai karena berada di permukiman kelas menengah yang tak terlalu mencolok keberadaannya.
Mungkin karena stok terbatas, setiap pembeli hanya dijatah 2 kg per pembelian. Sayapun hanya bisa membeli dua kilo saja sesuai aturan. Memang kalau dihitung dengan bensin dan parkir hampir sama dengan belanja dekat rumah, tapi anggap saja sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka. Supaya tidak rugi saya juga berbelanja kebutuhan untuk Ramadhan seperti sirup yang juga sedang diskon 14.500 Rupiah saja dan langsung borong 10 botol sebagai pengganti gula, dan minyak goreng dengan harga 24 Ribu, masih sama dengan harga dekat rumah.
Untuk menyiasatinya, penggunaan gula bisa digantikan oleh sirup merek ternama yang kebetulan sedang murah harganya. Jadi tiap berbuka selalu tersedia sirup dan es buah yang dicampur susu kental manis. Demikian juga saat membuat kue untuk berbuka lebih banyak menggunakan susu dan sirup daripada gula untuk menghemat.Â
Sementara untuk menemani teh hangat atau kopi saya menggunakan gula merah yang harganya masih stabil di kisaran 16-18 Ribuan Rupiah per kilo. Untuk masakan juga tidak lagi menggunakan gula yang biasanya dipakai sebagai pengganti MSG, tapi ditambah bumbu rempah dan garam sebagai penyedap rasa.
Lagipula saya dan keluarga juga berusaha mengurangi ketergantungan gula untuk menghindari penyakit diabetes. jadi sedapat mungkin tidak terlalu banyak mengkonsumsi gula pasir dan nasi, lebih banyak lauk seperti ayam, telur ayam, ikan, Â dan daging serta sayur mayur untuk memperkuat imun tubuh.Â
Harga ayam masih stabil walau agak naik sedikit kembali ke harga normal 29-32 Ribu Rupiah setelah sempat turun ke angka 25 Ribu Rupiah per kilogram. Sementara telur ayam mulai beranjak turun walau masih malu-malu, dari 24 Ribu perlahan turun hingga ke 21 Ribu Rupiah.
Harga ikan sendiri relatif stabil, antara 30-40 RIbu per kilo tergantung jenis ikannya, cumi dan udang 60-70 Ribu, Daging masih bertahan tinggi sekitar 110-120 Ribu per kilo. Sementara bawang merah masih tinggi sekitar 50 Ribu per kilo, bawang putih 25 Ribu per kilo, cabai merah masih 35 Ribu per kilo. Jadi harga-harga sembako rata-rata masih stabil walau ada kenaikan namun tidak terlalu besar dibanding dua bulan lalu.