Keberhasilan Vietnam menanggulangi wabah covid 19 menuai banyak pujian dari berbagai negara termasuk Indonesia. Hingga hari ini (26/04/2020) tercatat hanya 270 orang terkonfirmasi dan sudah 225 orang sembuh tanpa satupun korban meninggal dunia. Padahal dari sisi ekonomi maupun kehidupan sosialnya, boleh dibilang Indonesia masih lebih maju daripada Vietnam.Â
Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa hal ini bisa terjadi, dengan kondisi fasilitas kesehatan yang juga terbatas mereka mampu mengatasi wabah tersebut tanpa kebobolan.
Sudah banyak tulisan tentang cerita sukses mereka yang bisa dicari di mbah gugel, jadi tak perlu diulangi lagi semua di sini. Dari cerita-cerita kesuksesan tersebut, ada dua kata kunci yang bisa diambil, pertama satu komando.Â
Negeri ini walaupun sudah mulai terbuka namun masih dikendalikan penuh oleh Partai Komunis yang masih berkuasa di Vietnam. Secara ekonomi Vietnam sudah mulai mengadopsi Tiongkok dengan membuka lebar-lebar pintu investasi dari luar, namun secara politik masih menganut paham sosialis seperti Tiongkok pula.
Demikian pula dalam penangangan wabah ini, Vietnam menerapkan prinsip satu komando dari pusat sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa banyak cingcong. Begitu wabah mulai menyebar di Tiongkok, Vietnam langsung menutup pintu perbatasan dan langsung melacak orang yang teridentifikasi terkena virus corona.Â
Mereka yang terkonfirmasi diawasi ketat dan dilokalisir sehingga pergerakan virusnya bisa dikontrol dengan baik. Pemerintah dari pusat hingga daerah satu suara, tidak ada suara-suara sumbang atau menyimpang dari arahan pemerintah pusat.
Kedua, rakyatnya patuh akan perintah pemerintahnya dan tangguh. Perang Vietnam membuat bangsa ini kuat menghadapi wabah corona serta taat pada aturan yang digariskan pemerintahnya. Aparat keamanannya ditakuti dan nyaris tidak ada rakyat yang coba-coba ngeyel atau melawan.Â
Semua patuh pada aturan social distancing yang diterapkan tanpa harus dirotan oleh aparat. Mereka sudah terbiasa hidup dalam satu komando sehingga nyaris tak ada orang yang berani melawan, bahkan untuk sekedar berbeda pendapat sekalipun. Semua satu suara dan kompak menghadapi wabah ini.
Lalu, sudah siapkah Indonesia mengikuti cara Vietnam? Rasanya jauh panggang dari api. Sistem penanganan wabah masih birokratis, harus menyertakan berbagai syarat untuk PSBB, kebijakan yang tidak konsisten, misal dulu tidak dilarang mudik sekarang tidak boleh, kebijakan pusat dan daerah yang tidak serentak, misal penetapan PSBB yang berbeda-beda bahkan di dalam satu wilayah Jabodetabek.
Masyarakatnya juga rewel, sedikit-sedikit protes, tidak mau diatur, jalanan masih ramai dan tidak semua orang pakai masker saat keluar rumah, masih ada kerumunan padahal sudah jelas rentan penularan. Ditegur malah balik melawan, kalau sudah kasus baru pada kabur tidak jelas. Pasar masih ramai dan nyaris tanpa social distancing.
Keterbatasan jumlah aparat juga mempengaruhi pelaksanaan PSBB. Aparat yang berjaga di lapangan sebagian tampak setengah hati, tidak semua pengendara ditegur, mungkin karena lelah harus berjaga setiap hari dan malas juga menanyai satu persatu warga yang masih nekat jalan-jalan, selama tidak kelihatan melanggar dibiarkan lewat begitu saja.
Kalau masih begini terus, apakah PSBB dan pembatasan mudik harus berjalan sampai kiamat alias tanpa batas waktu? Sampai seberapa kuat aparat berjaga setiap hari tanpa batas waktu yang jelas. Berapa pula anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengawasi warga yang masih kurang kesadarannya untuk tetap tinggal di rumah.
Tanpa ketegasan satu komando dan kepatuhan rakyat, jangan harap wabah ini cepat selesai seperti Vietnam. Lupakanlah mimpi menjadi seperti mereka, bangun dan segera bebenah untuk mengejar ketertinggalan dari negeri tetangga yang begitu cepat recovery wabah. Jangan cuma pandai bersilat lidah, tapi tunjukkan bahwa kita mau berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H