Wabah corona memang benar-benar mengubah segalanya termasuk gaya hidup dan aktivitas manusia. Mulai sekarang keluar rumah harus menggunakan masker tanpa kecuali, walau masih ada saja yang tidak menggunakan masker.
Awalnya mungkin sesak atau sulit bernafas karena harus selalu tertutup, namun lama-kelamaan ke depan penggunaan masker akan menjadi gaya hidup baru masyarakat.
Ketika semua orang menggunakan masker, tak tampak lagi wajah-wajah cantik menghiasi sesaknya KRL atau busway, di jalan, di dalam mall, atau di tempat keramaian lainnya. Kafe-kafe atau tempat nangkring sudah tidak lagi menjadi tempat favorit karena justru disitulah virus gampang menyebar.
Orangpun hanya akan bepergian kalau memang mendesak, bukan lagi untuk berlibur atau sekedar melepas kepenatan. Mending duduk manis di rumah menikmati secangkir kopi sambil bekerja daripada memaksakan diri keluar dengan resiko tertular virus corona.
Itulah mungkin gambaran masa depan yang bakal tercipta pasca wabah virus corona ini. Semua orang bakal menjadi betah di rumah, jarang keluar rumah kalau benar-benar tidak perlu tanpa paksaan seperti sekarang ini.
Kehidupan sangat tergantung pada jaringan internet karena semua orang akan menggunakannya untuk berkomunikasi satu sama lain, mengirim data dan informasi, menonton berita, dan sebagainya. Orang akan menjadi semakin mager karena segala fasilitas telah tersedia dalam genggaman, tak perlu repot-repot lagi keluar rumah.
Namun dampaknya manusia jadi lebih asosial karena lebih banyak berkomunikasi lewat internet. Kita tak bisa lagi 'ngecengin' cewek-cewek cantik yang biasa nangkring di mall atau kafe-kafe karena sudah tak bisa melihat wajah aslinya dari kejauhan. Mau PDKT juga susah lha wong mukanya saja tidak kelihatan. Kita hanya bisa meraba-raba saja seperti apa gambaran wajah sang wanita idaman.
Demikian pula sebaliknya, para wanita juga sudah tak bisa lagi menikmati kegantengan seorang pria karena semuanya telah tertutup masker. Nanti iklan-iklanpun bakal menampilkan wajah-wajah bermasker untuk menjadi contoh baik gaya hidup sehat di masa datang.Â
Lalu bagaimana dengan tradisi malam mingguan? Apakah masih memungkinkan bertamu, jalan berdua, makan bersama, dan acara dating lainnya setelah wabah berakhir. Rasanya bakal sulit karena trauma wabah juga tak bakal mudah hilang begitu saja.
Lha boro-boro mau malam mingguan, wong mau milih jodoh saja sudah dipersulit oleh masker. Bagaimana mau menilai orang tersebut baik atau buruk kalau bertemu langsung saja sulit. Pepatah witing tresno jalaran soko kulino mungkin sudah tidak berlaku lagi di era pasca wabah corona nantinya.
Padahal sudah banyak korban penipuan dating/kencan atau pencarian jodoh secara online. Ada yang tertipu wajahnya, usia, bahkan jenis kelamin, dan semuanya baru ketahuan menjelang atau setelah akad nikah.
Memang yang beneran juga tetap saja ada, namun tetap saja lebih sulit memvalidasi kebenaran di internet ketimbang ketemu langsung. Foto dan video saja bisa dimanipulasi demi menjaring korban di dunia maya.
So, bagaimana selanjutnya? Yang pasti semua hal akan berubah, dunia akan me-reset alias ctrl-alt-del gaya hidup manusia, termasuk dalam hal mencari pasangan hidup. Cara-cara konvensional sudah tak lagi berlaku dan kita harus cerdik mencari kebenaran di era yang mengandalkan komunikasi lewat dunia maya seperti sekarang ini.
Tradisi malam mingguan juga bakal berubah, tak lagi kencan berdua kesana kemari, tapi lebih banyak video call atau WA-an dengan wajah tertutup masker. Alamak, semoga ini hanya khayalan saja, setelah ini semua kembali normal seperti semula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H