Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan Sekarang Ibarat Makan Sayur Tanpa Garam

18 April 2020   20:43 Diperbarui: 19 April 2020   12:06 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa seminggu lagi bulan puasa tiba, namun ada yang bakal berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bulan Ramadhan kali ini berlangsung di tengah wabah corona yang tak kunjung reda. Banyak ritual maupun tradisi di bulan Ramadhan yang bakal hilang karena harus mengikuti protokol pencegahan covid 19 termasuk di dalamnya berkumpul dalam jumlah besar dalam masjid.

Pertama, takkan ada lagi shalat tarawih maupun shalat wajib berjamaah di masjid. Padahal kemeriahan Ramadhan terletak pada ramainya rumah Tuhan tersebut dikunjungi umatNya. Ibarat makan, kali ini terasa agak hambar karena tak ada lagi taburan garam di dalamnya. Namun apa boleh buat, demi memutus mata rantai penyebaran virus yang semakin melebar, hal ini terpaksa harus dilakukan. Daripada memaksakan diri berkumpul di masjid shalat berjamaah tapi beresiko tertular atau menularkan, lebih baik untuk sementara ditiadakan dulu.

Percayalah, Tuhan Maha Adil dan tak akan begitu saja mengurangi pahala bila dilaksanakan di rumah. Lagipula beribadah ke masjid tergolong sunnah, kecuali shalat Jumat yang wajib bagi laki-laki. Itupun berdasarkan kesepakatan ulama diperbolehkan untuk tidak melaksanakan shalat Jumat karena untuk menghindari penyebaran virus yang lebih luas. Jadi Ramadhan tahun ini shalat tarawih beserta shalat wajib lainnya tetap dilaksanakan di rumah.

Kedua, kurangi ngabuburit alias berkeliaran di sore hari sambil menunggu berbuka puasa. Lebih baik memasak sendiri makanan besar maupun cemilan untuk berbuka. Di sini justru kreativitas memasak akan semakin terasah sekaligus mengurangi uang jajan yang biasanya lebih besar di bulan Ramadhan dibanding hari biasa. Minimal pengeluaran untuk ngabuburit bisa ditekan dan digunakan untuk memasak sendiri yang biasanya jauh lebih murah daripada jajan.

Ketiga, pengajian dan kultum tidak lagi dilakukan di majelis atau masjid, tapi live streaming melalui saluran medsos atau media online lainnya. Justru dengan hal tersebut semakin banyak pilihan ilmu yang bisa diperoleh dan wawasan kita semakin luas, tak hanya terbatas kepada jamaah offline yang selama ini diikuti tapi juga bisa melihat perspektif lain pemahaman agama oleh ustadz yang berbeda. 

Keempat, tidak ada lagi munggahan atau kumpul keluarga dan ziarah menjelang bulan Ramadhan. Sebaiknya doakan saja mereka yang sudah mendahului kita menghadapNya dari rumah masing-masing, tak perlu berkunjung ke makamnya dalam situasi seperti ini. Acara kumpul-kumpul keluarga juga bisa dilangsungkan secara online melalui video call, makan di rumah masing-masing atau saling berkirim makanan melalui jasa ojol atau pengiriman barang.

* * * *

Biasanya bulan Ramadhan merupakan momen yang tepat untuk kembali ke masjid sekaligus berkumpul dengan para tetangga karena pada hari biasa terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Memang kurang syahdu rasanya bila Ramadhan dilaksanakan di dalam rumah, tetapi apa boleh buat, demi kebaikan bersama terpaksa segala tradisi yang sudah biasa dilakukan harus dihentikan. Walau ibarat makan sayur tanpa garam, namun Insya Alloh tidak akan mengurangi pahala puasa karena inti ibadah di bulan Ramadhan adalah berpuasa, bukan tradisi seperti disebutkan di atas.

Namun jangan pula aji mumpung seperti diusulkan beberapa oknum masyarakat yang mengusulkan untuk tidak berpuasa selama Ramadhan dengan alasan wabah corona. Ingat, puasa adalah ibadah khusus yang penilaiannya dilakukan oleh Alloh SWT langsung. Ibadah puasa tetap bisa dilaksanakan sepanjang tidak menderita sakit yang dibolehkan untuk tidak berpuasa. Jangan mencari-cari alasan atau pembenaran untuk tidak berpuasa hanya gara-gara takut terpapar virus. Tidak ada hubungannya sama sekali penyebaran virus dengan ibadah puasa.

Bulan Ramadhan tak hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi sekaligus juga menjadi momen berpuasa menyebarkan virus. Daripada kumpul-kumpul membuat ghibah di bulan Ramadhan dan berpotensi tertular atau menularkan, lebih baik beribadah di rumah sambil isolasi diri. Semoga di akhir Ramadhan wabah corona segera berakhir dan kita bisa sama-sama melaksanakan sholat Ied seperti sediakala, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan covid 19 seperti merenggangkan jarak antar makmum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun