Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menakar Kegiatan Travelling Pasca Wabah Corona

26 Maret 2020   18:17 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obyek wisata ditutup untuk menghindari penyebaran virus Covid-19|Dokumentasi pribadi

Wabah virus corona benar-benar meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian dunia, bukan sekadar persoalan kesehatan semata. Serangan virus yang mengglobal pasca pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok membuat hampir semua orang takut untuk bepergian jauh. 

Bandara semakin sepi, stasiun kereta dan terminal bis juga ikut-ikutan sepi akibat berkurangnya perjalanan orang secara signifikan pasca serangan wabah yang mendunia tersebut.

Kegiatan travelling pun terpaksa dihentikan oleh para penggila jalan-jalan, minimal untuk sementara waktu demi menghindari paparan virus corona yang bakal ditemui dalam perjalanan. 

Beberapa negara bahkan sudah menutup diri alias lockdown, disamping mengunci warga negara sendiri juga melarang warga negara asing berkunjung ke negaranya. Bepergian antar negara menjadi semakin sulit karena banyaknya negara yang sudah menutup pintu perbatasannya baik di darat, laut, maupun udaranya.

Sementara perjalanan di dalam negeri pun juga kian sulit karena tingkat kecurigaan orang akan semakin tinggi terhadap orang asing di luar lingkungannya walaupun sama-sama WNI, takut dikira membawa virus corona ke daerahnya. 

Banyak obyek wisata dan toko oleh-oleh tutup untuk sementara waktu demi menghindari kerumunan orang yang berpotensi menyebarkan virus dengan cepat. Jalanan semakin sepi dan aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam rumah ketimbang di luar pekarangan sendiri.

Lalu bagaimana kegiatan travelling alias jalan-jalan pasca wabah corona berlalu?

Mungkin butuh waktu pemulihan yang cukup lama mengingat trauma psikologis sebagian warga lokal yang ketakutan akan ketularan virus yang dibawa para pelancong dari luar daerahnya. 

Masyarakat lokal yang semula ramah kemungkinan bakal menjadi curious terhadap orang lain di luar lingkungannya sendiri. Paling tidak selama satu dua tahun ke depan, kegiatan travelling akan berhenti untuk sementara waktu sambil melihat kondisi penyebaran virus apakah bakal mereda atau sebaliknya.

Perjalanan di dalam negeri akan lebih banyak didominasi kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum karena relatif lebih aman dari penyebaran virus. 

Tujuan perjalanan juga mungkin akan lebih banyak pada urusan bisnis atau dinas, atau sekadar silaturahmi dengan keluarga jauh, bukan untuk liburan atau bersenang-senang.

Sementara perjalanan ke luar negeri bakal lebih sulit lagi. Bisa jadi tiada lagi fasilitas bebas visa antar negara dan syarat pengajuan visa bakal ditambah dengan syarat kesehatan yang sangat ketat seperti menyertakan hasil medical check up sebelum mengurus visa. 

Perjalanan wisata akan lebih diperketat dan tidak lagi bebas berkeliaran seperti selama ini dilakukan oleh para backpackers. Orang-orang lokal akan semakin curiga melihat orang asing berkeliaran di wilayahnya tanpa maksud yang jelas, yang dapat berujung pada intimidasi atau bullying pada travellers yang sedang berkunjung.

Belum juga kasus corona usai, sudah muncul lagi virus baru yang bernama hantavirus. Hal ini semakin menyulitkan orang untuk bepergian ke luar negeri karena bisa jadi masing-masing akan membawa virus lokal untuk disebar ke negara lain. 

Resistensi dalam perjalanan akan semakin kuat tidak hanya oleh otoritas setempat tapi juga masyarakatnya yang tak lagi ramah terhadap orang asing.

Wisata virtual seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa museum di Eropa mungkin bisa jadi alternatif bila tak mungkin mengunjungi secara langsung. 

Namun bagaimana dengan wisata alam yang tak bisa digantikan begitu saja secara virtual mengingat suasana alam lah yang dijual, bukan sekadar koleksi yang bisa dipajang secara online. 

Lagipula berwisata tidak sekadar untuk melihat-lihat koleksi semata, tetapi juga mencari suasana baru yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari.

Walau bagaimanapun, manusia tetap butuh liburan ke luar kota alias travelling untuk memperoleh pengalaman yang tak didapatkan di rumah maupun lingkungan kerja. Namun untuk beberapa waktu keinginan tersebut mungkin harus diendapkan dulu sambil melihat situasi penyebaran virus corona. 

Setelah trauma masyarakat sudah benar-benar hilang seperti kasus wabah SARS 18 tahun lalu, travelling baru bisa dilakukan kembali seperti sediakala, namun dengan syarat dan ketentuan yang lebih ketat dari sebelumnya.

Hikmahnya, wabah corona memang membuat bumi beristirahat sejenak setelah penat dengan hiruk pikuk perjalanan manusia termasuk para travellers yang rajin melancong untuk rehat sejenak. 

Semoga badai wabah corona cepat berlalu dan bumi kembali bergerak dengan normal dan kita pun bisa travelling lagi walau mungkin tak sebebas dulu sebelum wabah melanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun