Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Fenomena Hitler dan Kerajaan Ketiga Pemicu Perang Dunia II

26 Januari 2020   10:19 Diperbarui: 29 Januari 2020   10:59 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerman yang kalah dipaksa untuk menyerahkan kembali wilayah yang pernah didudukinya dan diberikan sanksi ekonomi berat. Bangsa Jerman seolah dipermalukan di hadapan bangsa-bangsa Eropa lainnya karena harus menanggung beban biaya perang. Pemerintahpun mencetak banyak uang untuk menanggung biaya hutang tersebut yang menyebabkan hiperinflasi sehingga memicu kenaikan harga barang seperti Venezuela. Akibatnya timbul kekacauan ekonomi karena ketidakpastian pendapatan serta tingkat pengangguran yang semakin tinggi dan lapangan pekerjaan semakin langka. 

Halusinasinya mulai tumbuh melihat kondisi ekonomi yang semakin carut marut dipadukan dengan dendam akibat kekalahan Jerman. Dia mulai propaganda Lebensraum alias ruang hidup bagi orang Jerman yang terkenal itu bersama orator hebat Joseph Goebbels. Deutschland Uber Alles, Jerman diatas segalanya, itulah salah satu propaganda yang menyemangati banyak orang Jerman yang sedang terpuruk baik secara ekonomi maupun politik imbas dari perang dunia pertama.

Walau sempat ditangkap akibat pemberontakan Munich tahun 1924, Hitler bangkit kembali dan mulai menggalang massa yang semakin putus asa melihat kondisi perekonomian Jerman yang semakin amburadul. Di dalam penjara Hitler sempat menyelesaikan bukunya yang fenomenal 'Mein Kampf' atau diterjemahkan sebagai 'Perjuanganku' yang berisi otobiografi sekaligus cita-citanya membangun Jerman yang adidaya seperti halusinasinya selama ini dengan mendirikan 'Drietter Reich' atau Kerajaan Ketiga. Istilah ini muncul setelah Romawi dianggap sebagai kerajaan pertama dan Jerman era Bismarck sebagai kerajaan kedua.

Momen krisis ekonomi seperti inilah yang berhasil dimanfaatkan oleh Hitler dan kawan-kawannya untuk merebut kekuasaan dari pemerintah yang sah demi mewujudkan mimpi besarnya. Dimulai dari wafatnya presiden Hindenburg yang membuatnya menjadi kanselir alias 'Raja' seumur hidup, lalu aneksasi wilayahpun dimulai dengan merebut negeri sekitarnya seperti Austria dan sebagian Cekoslowakia serta wilayah tepian sungai Ruhr. Hitler bahkan punya tentara sendiri yang terkenal dengan nama SS Waffen disamping angkatan reguler lainnya untuk mewujudkan mimpinya.

Perang berlanjut dengan aneksasi ke Polandia sebagai pemicu awal dimulainya perang dunia kedua. Ruang hidup bangsa Jerman ke arah timur mulia diwujudkan, kemudian dilanjutkan ke arah barat dengan menyerbu Benelux sekaligus dan Perancis. Italiapun bergabung karena Mussolini juga punya halusinasi yang sama. Jepang juga ikut tergoda halusinasi Hitler untuk mewujudkan Kerajaan Asia Timur Raya dengan menganeksasi daratan Cina dan Korea serta menyerbu semenanjung Malaya hingga ke arah Polinesia. Jerman dan Jepang bersekutu untuk membangun sebuah negara yang tak pernah gelap alias Matahari Selalu Terbit dimanapun berada.

Perangpun berlangsung selama hampir enam tahun lamanya dan baru bisa diakhiri ketika AS dan Rusia mulai turun tangan membantu sekutu Eropanya melawan Jerman. Perang yang menimbulkan korban manusia dan harta benda paling besar di duniapun berakhir tanggal 30 April 1945 di Eropa setelah Rusia memasuki Berlin dan Hitler bunuh diri. Menyusul kemudian di medan Asia Jepang menyerah tanggal 15 Agustus 1945 setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh AS.

Perang tersebut memberi pelajaran bahwa halusinasi seseorang janganlah dianggap remeh walau hanya diindap oleh seorang kopral sekalipun. Halusinasi yang diikuti kondisi negara yang buruk secara ekonomi akan mempercepat proses pembentukan negara baru bahkan perang untuk merebut sumber-sumber daya ekonomi di negara lain demi memenuhi kebutuhan dasar negara yang sedang terlilit krisis ekonomi.

Kunci utama untuk menghapuskan halusinasi kerajaan adalah kesejahteraan. Bila rakyat sejahtera dan terpenuhi kebutuhan dasarnya mereka tidak akan mudah terpancing untuk mengikuti ajakan yang bersumber dari halusinasi seseorang untuk mendirikan sebuah negeri yang adil makmur tentrem raharja. Kita tidak bisa menganggap sepele halusinasi tersebut karena bila seluruh rakyat sudah termakan propaganda, selesai sudah urusan negara. Hitler dengan 'Kerajaan Ketiga' nya sudah membuktikan hal tersebut, halusinasinya menyebabkan perang terbesar di dunia hingga sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun