Tidak ada pengemis apalagi preman yang tampak mata sehingga kita nyaman berwisata.
Keramahtamahan inilah sepertinya yang mulai hilang di sebagian besar obyek wisata di Indonesia. Pengunjung sudah malas untuk kembali karena maraknya premanisme, pengamen, pengemis yang mengganggu kenyamanan berwisata.Â
Wisatawan dianggap sebagai orang kaya yang membuang-buang uang sehingga harus dihisap.
Kalau mau murah bisa memilih dormitory room atau kapsul yang sebagian besar berada di pusat kota Jeju City.Â
Sebaiknya memang menginap dekat terminal bus Jeju agar mudah pergi ke destinasi wisata yang ingin dikunjungi karena hampir semua bus masuk ke terminal tersebut.
Makanan juga relatif agak mahal bila dibanding di Korea daratan dan masih agak sulit mencari makanan halal kecuali hasil laut.Â
Namun pemerintah setempat sendiri sudah mulai mengampanyekan wisata halal bagi wisatawan muslim agar mereka tetap aman dan nyaman saat berkunjung ke Jeju.Â
Ini terlihat di situs visit Jeju. yang menyediakan informasi dalam bahasa Melayu khusus dipersembahkan untuk wisatawan muslim asal negeri-negeri berbahasa Melayu seperti Indonesia dan Malaysia.
Tak heran, sekarang Jeju yang hanya berpenduduk sekitar 660.000 jiwa didatangi oleh sekitar 15 juta turis asing yang memadati Jeju setiap tahunnya.Â
Penduduk lokal sendiri sudah mulai merasa sesak dengan kehadiran turis yang meninggalkan sampah serta memerlukan air yang cukup banyak seperti diberitakan di sini.Â