Saya pernah menunggu di halte bus di kaki Gunung Hallasan, selisih waktu tibanya tak sampai dua menit dari jadwal.Â
Busnya pun kosong dan hanya saya seorang hingga ke halte di Jungmun Complex, tapi tak pernah terpikir untuk dioper bus oleh supirnya. Bahkan setelah saya turun dan bus kosong tetap berjalan sesuai rutenya, tidak potong kompas menuju terminal.
Dengan adanya free wifi tersebut, saya bisa mengakses internet dari tempat-tempat umum, dan menentukan rute bus di halte serta memperkirakan kedatangan bus dengan bantuan aplikasi Kakao Map.Â
Saya bisa update status langsung di tempat tanpa takut habis kuota karena wifi hampir tersedia di mana-mana, bahkan ke tempat wisata di pelosok sekalipun.
Hanya memang di halte bus belum semua berbahasa Inggris dan huruf latin sehingga harus hafal nomor bus yang akan kita naiki. Namun dengan bantuan Kakao Map kita bisa tahu nomor busnya dan cukup dicocokkan dengan papan petunjuk yang ada di halte.
Selain itu tersedia website khusus yang menyediakan informasi tentang Jeju secara keseluruhan. Bahkan hotlinenya pun menyediakan chat dalam lima bahasa selain Inggris, termasuk Spanyol, Prancis, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.Â
Mereka sadar bahwa Indonesia termasuk pasar potensial yang harus digarap untuk menarik minat berkunjung ke Jeju.
Saya pernah mengalami sedang menanti bus setelah bertanya kepada warga lokal, diapun rela menunggu hingga bus datang sekadar hanya untuk menunjukkan bus yang benar kepada saya.Â