Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jadi PNS Itu (Enggak) Enak, Biar Aku Saja

13 November 2019   15:28 Diperbarui: 13 November 2019   15:32 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintah lagi-lagi membuka lowongan CPNS untuk mengisi kekosongan pegawai yang telah dan akan memasuki masa pensiun. Bak gayung bersambut, ratusan ribu pendaftar menyerbu situs penerimaan CPNS sehingga kadang membuat situs tersebut down. Bahkan untuk mengurus SKCK saja sampai harus antri berjam-jam demi memperoleh selembar surat tersebut, walau katanya sudah online. Belum lagi persyaratan lainnya yang harus dipenuhi untuk lolos saringan administrasi awal.

Keramaian pendaftaran CPNS bahkan melebihi riuhnya pendaftaran masuk perguruan tinggi negeri (PTN) baik SBMPTN maupun SNMPTN. Demi lolos ujian CPNS, berbagai upaya dilakukan mulai dari ikut bimbingan belajar mirip seperti ujian nasional atau SBMPTN, hingga ada yang memakai joki, jimat, dan aneka barang aneh lainnya. Ada juga yang sampai tertipu ratusan juta rupiah hanya untuk memperoleh NIP sebagai tanda sah sebagai PNS, padahal gajinya saja selama belasan tahun belum tentu menutupi modalnya.

Apakah sudah sedemikian sulitnya mencari pekerjaan hingga rela menggunakan segala cara demi memperoleh pekerjaan sebagai PNS. Lagipula memangnya enak jadi PNS sekarang. Banyak orang masih menyangka kalau jadi PNS itu susah dipecat, dapat fasilitas negara, gaji kecil tapi penghasilan besar, bisa jalan-jalan, dihormati tetangga dan teman sejawat. Padahal zaman sudah berubah, kondisi juga tidak seperti dulu lagi.

Sekarang ini sebenarnya masa-masa sulit buat PNS apalagi yang sudah belasan hingga puluhan tahun mengabdi. Gaji dan tunjangan boleh dibilang masih tak sepadan dengan tanggung jawabnya, walau sudah ada perubahan yang signifikan. Pengawasan semakin ketat, tidak bisa lagi cari 'seseran' di luar sembarangan. Di zaman medsos yang semakin menggila, kesalahan sedikit saja bisa jadi viral kemana-mana, padahal belum tentu pelakunya memang benar-benar salah.

Apalagi jabatan struktural bakal dipangkas, yang berarti penghasilan juga bakal ikut menurun walau katanya pendapatan tidak akan dikurangi. Benar bahwa gaji pokok tidak akan berubah, tapi kan tunjangan lainnya bakal lenyap dan nilainya jauh lebih besar daripada gaji pokok. Sudah tidak ada lagi rumah dinas seperti dulu, demikian pula fasilitas lainnya. Mobil hanya buat pejabat tinggi dan menengah saja, apalagi kalau dipangkas tentu bakal ikut hilang juga.

Belum lagi yang ditempatkan di daerah terpencil, walau gaji sudah ditransfer tapi ATM terdekat bisa puluhan kilometer jauhnya. Mereka sudah tidak punya jam kerja lagi karena harus siap sedia 24 jam melayani masyarakat, bahkan di hari Sabtu Minggu dan libur sekalipun. Jangan dikira yang di pusat juga bisa enak-enakan leyeh-leyeh di kursi kerjanya. Setiap saat bos bisa memanggil kapan saja, mengerjakan tugas mendadak, terpaksa lembur tanpa uang lembur karena besok pagi sudah harus selesai, padahal datanya saja belum ketemu.

Kalau kunjungan ke daerah, jangan harap lagi ada karpet merah seperti dulu, jadi harus cari mobil sewa dan tempat penginapan sendiri. Tiket pesawat juga sudah at cost tidak bisa lagi dipermainkan harganya. Sekarang sedang diujicoba penggunaan kartu kredit untuk keperluan dinas termasuk hotel dan makan sehingga pengeluaran benar-benar nyata dan bisa dipertanggung jawabkan.

Sekarang masyarakat mudah sekali mengadu bahkan untuk hal yang remeh temeh sekalipun ke presiden. Repotnya sebagai PNS harus membereskan aduan tersebut dalam waktu cepat, walau kadang bukan wewenang pemerintah pusat tapi pemerintah daerah. Lelah rasanya membaca aduan demi aduan yang sebenarnya bisa ditangani langsung pemerintah setempat, bahkan seringnya malah hoax atau tidak terbukti ketika dilakukan pengecekan lapangan.

Lagipula menjadi PNS tidak bisa lagi macam kutu loncat yang bisa berpindah-pindah perusahaan seperti di swasta. Tidak mudah untuk pindah antar instansi, antar direktorat atau dinas saja kadang sulit. Ga bisa juga kalau bosan atau bertengkar dengan atasan lalu resign, terus daftar CPNS lagi karena sekarang sudah menganut NIP tunggal, sekali berhenti tak bisa diangkat lagi jadi PNS.

Pokoknya, jadi PNS sekarang benar-benar repot dan ruang geraknya semakin terbatas. Kalau belum siap, mending cari kerjaan lain sajalah. Biarlah aku saja yang menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun