Strategi beliau menggandeng para elite untuk berkumpul dalam satu kubu rupanya sama sekali belum berpengaruh terhadap para pendukungnya.
Beban keempat adalah dominasi partai melalui parlemen dan menterinya sendiri yang akan memasukkan program-programnya dalam kabinet kerja jilid dua, yang belum tentu sesuai keinginan rakyat pada umumnya dan presiden sendiri.Â
Masalahnya program dari partai A belum tentu sejalan dengan partai B sehingga rawan konflik di antara mereka sendiri untuk menggolkan programnya. Mampukah presiden meredam keinginan partai-partai yang belum tentu sejalan itu?
Beban kelima adalah kasus-kasus pelanggaran HAM yang mungkin tak akan pernah tuntas namun malah bertambah terutama sejak demo dan kerusuhan yang berlangsung akhir-akhir ini.Â
Berbagai pembatasan mulai terjadi seolah kembali seperti zaman orde baru. seperti pembatasan akses internet, pelarangan demo mahasiswa dan pelajar, hingga kekerasan yang terjadi selama demonstrasi.Â
Rasanya sulit berharap banyak terhadap perubahan radikal, apalagi revolusi mental yang seharusnya menjadi ikon gerakan pembangunan SDM yang selama ini digadang-gadang akan dilaksanakan pada periode kedua ini.Â
Jokowi akhirnya menyerah pada kenyataan, mengikuti pendahulunya SBY yang lebih memilih merangkul semua pihak terutama elite politik ketimbang berperang melawan korupsi dan tancap gas seperti pada periode sebelumnya.
Seharusnya periode kedua SBY bisa menjadi pelajaran bahwa keinginan merangkul semua pihak justru semakin rawan konflik kepentingan. Cobalah perhatikan di periode kedua beliau justru semakin banyak yang tertangkap oleh KPK dibanding periode sebelumnya.Â
Hal ini terjadi karena banyaknya kepentingan yang harus diakomodasi sementara ruang gerak mereka semakin sempit. Itulah makanya mengapa revisi UU KPK dipercepat agar tidak mengganggu lagi stabilitas politik di periode kedua seperti yang dialami oleh SBY.
Jadi bukannya tak ada beban lagi dalam bertindak, malah justru sebaliknya semakin banyak beban yang harus ditanggung dalam periode kedua pemerintahan beliau.Â
Beliau tak lagi leluasa seperti periode sebelumnya, bahkan konon menteri-menteri yang terbilang 'berani' bakal dilengserkan diganti oleh orang-orang dari partai yang lebih "santun" yang dihasilkan dari koalisi gemuk tadi.Â