OTT tidak membuat orang jadi jera, tapi malah aturannya yang dikebiri agar lagu lama tersebut tetap nangkring di posisi teratas.
Reformasi sudah berlangsung dua puluh tahun, namun sepertinya memang kita (tidak) menginginkan adanya perubahan. Aroma orde baru masih terasa sedap untuk ditinggalkan begitu saja, malah sekarang mulai kembali bersemi tanpa disadari.Â
Jadi teringat kalimat "Penak jamanku to!" dengan gambar Pak Harto sedang tersenyum simpul, pertanda beliau masih dirindukan oleh (sebagian) rakyat Indonesia.
Pembangunan infrastruktur yang masif selama lima tahun terakhir ternyata tak berdampak besar bagi perubahan (kalau tak mau disebut revolusi) mental bangsa ini.Â
Malah justru daerah yang lebih besar pembangunan infrastrukturnya mulai bergejolak, sebuah sinyal bahwa apa yang dibangun pemerintah kurang menyentuh akar persoalan yang sebenarnya terjadi.Â
Pembangunan infrastruktur di satu sisi memang mempermudah akses sehingga diharapkan mampu mendongkrak ekonomi lokal, namun sisi lainnya justru para pengusaha kakap masuk melibas kearifan lokal sehingga membuat penduduk asli seperti tamu di kampung sendiri.
Pemerintah baru akan memulai pembangunan sumberdaya manusia pada periode kedua ini, sesuatu yang mungkin dapat dikatakan terlambat. Apalagi ternyata pembangunan SDM lebih difokuskan pada peningkatan pengetahuan, bukan memperbaiki mental masyarakatnya.Â
Sudah banyak orang pintar di negeri ini, tinggal bagaimana memberdayakan mereka di tempat yang benar serta membina mental mereka agar tidak terpapar ideologi liar yang dapat merusak bangsa ini, termasuk penyakit malas dan korupsi.
Pembangunan SDM seharusnya diarahkan pada perbaikan kesehatan mental, bukan lagi menyekolahkan para sarjana atau lulusan SMA ke perguruan tinggi favorit atau ke luar negeri.Â
Kecerdasan emosional perlu dikedepankan di samping kecerdasan intelektual agar masyarakat kita semakin dewasa, bisa memilah informasi yang benar atau hoaks, serta bersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan.Â
Perilaku malas dan korup seharusnya dilenyapkan bersamaan dengan pembangunan kesehatan mental manusia Indonesia seutuhnya.