Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habis Tabrakan Ajaklah Makan-makan

11 September 2019   10:02 Diperbarui: 11 September 2019   10:07 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zairie dan Kok How Maksi Bareng (sumber: mustsharenews.com)

Sebuah kejadian unik datang dari negeri jiran, ketika seorang supir truk yang menabrak sebuah mobil mewah Vellvire justru diajak makan-makan oleh korbannya. Tentu ini merupakan peristiwa langka karena biasanya korban justru menuntut penabrak, bahkan kadang-kadang berkelahi untuk mempertahankan harga diri.

Lalu bagaimana mungkin si korban malah mengajak makan penabraknya tanpa harus  marah-marah? Mari kita simak uraian selanjutnya. 

Dikutip dari laman mustsharenews.com disini, sebuah truk berukuran sedang menabrak menabrak mobil mewah dihadapannya di Pulau Penang, Malaysia. Sang supir tampak nervous melihat kerusakan mobil yang agak parah, termasuk truknya sendiri.

Truk dan Mobil yang Terlibat Kecelakaan (sumber: mustsharenews.com)
Truk dan Mobil yang Terlibat Kecelakaan (sumber: mustsharenews.com)
Beberapa orang tampak berkerumun melihat kejadian tersebut. Namun bukannya menolong, mereka justru malah foto-foto dan berlalu begitu saja. Sementara kantor polisi cukup jauh di pusat kota. Supir truk juga berusaha meminta pertolongan temannya, namun jarak yang jauh dari Bukit Mertajam ke Pulau Penang membuat mereka harus menunggu lama.

Zairie dan Kok How Maksi Bareng (sumber: mustsharenews.com)
Zairie dan Kok How Maksi Bareng (sumber: mustsharenews.com)
Daripada menunggu lama tanpa ada tindakan, Kok How, si korban, mengajak supir truk Zairie untuk sarapan di sebuah kedai. Tampak wajah mereka akrab seperti tak pernah terjadi apa-apa, padahal baru saja terjadi tabrakan antat keduanya.

"Setelah kecelakaan, kita duduk dan makan bersama. Saya pikir itulah yang pertama kali dilakukan," ujar sang supir truk.

"Kalaupun kita marah dan saling bertengkar, mobil tetap saja rusak, dan itu tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik bersikap tenang dulu sambil mencari jalan keluar," sahut Kok How.

Selesai makan mereka langsung melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi setempat. 

* * * *

Apa yang terjadi setelah itu, entahlah karena tak ada lanjutan ceritanya. Namun satu hal yang patur digarisbawahi adalah pernyataan Kok How sang korban, bahwa kemarahan apalagi sampai bertengkar takkan membuat mobilnya kembali utuh. Jadi daripada membuang waktu meluapkan emosi, lebih baik selesaikan segalanya di meja makan.

Sumgguh suatu hal diluar dugaan. Kebayang kalau kita yang punya mobil mewah lalu ditabrak truk. Pasti hal pertama yang dilakukan adalah marah-marah sambil memaki supir truk, karena dalam pikiran kita tak mungkin supir truk sanggup mengganti kerusakan. Lagipula perusahaan tempat dia belerja belum tentu mau mengganti kerugian yang dialami mobil mewah tersebut.

Bisa saja klaim asuransi, tapi namanya mobil sudah pernah cacat tentu penampilannya tak sesempurna sebelum kejadian. Lagipula proses klaimnya panjang dan bertele-tele semakin membuat pening kepala. Belum lagi waktu yang terbuang untuk mengurus tetek bengek administrasi, serta mobil yang terpaksa harus istirahat selama beberapa minggu untuk perbaikan.

Wajar bila setelah tabrakan para pihak yang terlibat terbawa emosi yang kadang berlebihan karena membayangkan proses yang bakal terjadi pasca kejadian. Namun cerita ini sangat jauh berbeda dengan apa yang dibayangkan.

Sebuah kisah inspiratif yang patut ditiru. Amat sangat langka seseorang yang memiliki kemewahan mampu meredam emosinya dengan baik, bahkan menghargai pelaku yang (mohon maaf) tergolong orang biasa yang mungkin belum tentu sanggup memperbaiki mobilnya, apalagi membelinya.

Kedewasaan berpikir dan bersikap bijak inilah yang patut ditiru. Kata-katanya cukup menyejukkan, segalanya sudah terjadi dan persoalan takkan selesai dengan kemarahan sesaat. Lebih baik cooling down, menenangkan diri dengan mengajak makan bersama pelakunya tanpa harus berburuk sangka.

Cerita ini layak untuk diteladani, bagaimana menyelesaikan suatu masalah dengan tetap ceria seolah tak ada suatu apapun. Toh persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus melibatkan emosi yang berlebihan. Hanya diperlukan kedewasaan dalam mengendalikan emosi sesaat untuk kemaslahatan bersama dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun