Bisa saja klaim asuransi, tapi namanya mobil sudah pernah cacat tentu penampilannya tak sesempurna sebelum kejadian. Lagipula proses klaimnya panjang dan bertele-tele semakin membuat pening kepala. Belum lagi waktu yang terbuang untuk mengurus tetek bengek administrasi, serta mobil yang terpaksa harus istirahat selama beberapa minggu untuk perbaikan.
Wajar bila setelah tabrakan para pihak yang terlibat terbawa emosi yang kadang berlebihan karena membayangkan proses yang bakal terjadi pasca kejadian. Namun cerita ini sangat jauh berbeda dengan apa yang dibayangkan.
Sebuah kisah inspiratif yang patut ditiru. Amat sangat langka seseorang yang memiliki kemewahan mampu meredam emosinya dengan baik, bahkan menghargai pelaku yang (mohon maaf) tergolong orang biasa yang mungkin belum tentu sanggup memperbaiki mobilnya, apalagi membelinya.
Kedewasaan berpikir dan bersikap bijak inilah yang patut ditiru. Kata-katanya cukup menyejukkan, segalanya sudah terjadi dan persoalan takkan selesai dengan kemarahan sesaat. Lebih baik cooling down, menenangkan diri dengan mengajak makan bersama pelakunya tanpa harus berburuk sangka.
Cerita ini layak untuk diteladani, bagaimana menyelesaikan suatu masalah dengan tetap ceria seolah tak ada suatu apapun. Toh persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus melibatkan emosi yang berlebihan. Hanya diperlukan kedewasaan dalam mengendalikan emosi sesaat untuk kemaslahatan bersama dalam jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H