Lalu mengapa perusahaan rokok tetap 'nekat' menjadi sponsor kegiatan olahraga? Menurut saya sederhana saja, asumsinya para penonton pertandingan olahraga adalah para laki-laki 'jantan' yang hobi nangkring di warung sambil merokok dan ngopi. Mereka itulah sasaran promosi rokok dari perusahaan tersebut. Apalagi iklan rokok semakin dibatasi di layar kaca maupun media lainnya sehingga paling efektif untuk mengingat sebuah produk adalah dengan menempelkannya pada kegiatan olahraga berikut atletnya.
Bagaimana dengan produk lain yang enggan mensponsori olahraga? Karena produk lain sifatnya segmented dan belum tentu digunakan oleh para penonton atau supporter olahraga tertentu. Lagipula misalnya produk pakaian atau sepatu olahraga kan tidak setiap hari dibeli orang yang sama. Jadi hanya rokoklah yang akan selalu dihisap oleh orang yang sama setiap harinya.
Satu-satunya jalan untuk menghindari pabrik rokok mensponsori kegiatan maupun pembinaan olahraga adalah dengan menjadikan olahraga sebagai profesi yang menghasilkan uang sehingga tidak tergantung pada 'belas kasihan' sponsor. Olahraga bukanlah kegiatan amal yang selalu menengadahkan tangan ke atas menanti uluran tangan pemerintah dan sponsor.
Penontonnya juga harus profesional dalam arti rela membayar mahal untuk sebuah tontonan olahraga yang berkualitas. Jangan lagi bermental gratisan sambil marah-marah kalau atlet pujaannya kalah.
Kalau olahraga sudah profesional, sponsor akan datang dengan sendirinya tanpa diminta. Setiap event punya nilai jual tinggi dan menjadi rebutan perusahaan untuk menjadi sponsor. Penontonpun rela membayar mahal seperti di Asian Games lalu demi sebuah tontonan keluarga yang berkualitas.
Dengan demikian para atlet dan calon olahragawan tak perlu menggantungkan hidupnya pada pabrik rokok yang menjadi antitesa semangat olahraga yang mengedepankan hidup sehat. Tentu sebuah ironi bila kegiatan untuk menyehatkan badan jusrru didukung oleh institusi yang 'merusak' kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H