Listrik pun sempat mati selama sekitar 2 jam sejak saya tiba di tenda untuk menghindari korsleting selama hujan. Terpaksa kami beristirahat dalam gelap tanpa penerangan, seakan kembali ke zaman Nabi.
Suasana semakin ramai karena hampir semua jamaah akan pulang pada hari yang sama atau mengambil nafar awal. Sebagian lagi baru besoknya bagi jamaah yang mengambil nafar tsani atau tiga kali berturut-turut melempar ketiga jumroh.
Walau ramai sekali, perjalanan tetap berjalan lancar dan banjir yang sempat melanda Mina ternyata sudah surut malam harinya sehingga tak sampai mengganggu perjalanan jamaah.
Ujjian sesungguhnya baru terjaddi justru saat hendak kembali ke hotel. Bis yang seharusnya berangkat jam 10 pagi ditunda hingga jam 12.20 siang pas masuk waktu dzuhur.Â
Menjelang masuk kota Mekkah hingga ke hotel jalanan macet total, bahkan jarak 2 Km ditempuh selama hampir tiga jam! Masalahnya supir tidak tahu persis alamat hotel sehingga kami sempat berputar-putar, padahal bila turun di fly over jaraknya tak jauh dari hotel.Â
Dua setengah jam kemudian kami baru tiba di depan hotel sejak dari fly over tadi karena macet total akibat banyaknya orang yang menuju Masjidil Haram.
Alhamdulillah, proses ibadah haji berjalan lancar dan diberikan perlindungan dari cuaca panas dan menyengat. Mukjizat berupa hujan angin bagi orang Arab merupakan berkah yang luar biasa.
Sebuah kejadian unik karena hampir setiap hari kota Mekah dan sekitarnya terutama di wilayah tanah haram diguyur hujan. Sesuatu yang sangat jarang terjadi apalagi sampai 3 hari berturut-turut turun hujan di tengah musim panas yang terik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H