Kamipun menyusuri lorong lantai satu, yang ternyata menjadi tempat Sa'i di atas untuk menampung jamaah apabila lorong di bawah penuh.
Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam ketika kami ingin kembali ke hotel untuk berganti pakaian dan istirahat. Ternyata saking luasnya cukup membingungkan mencari pintu keluar.
Melihat banyak orang keluar kami ikut saja, tapi ternyata salah arah menuju ke selatan ke Menarra Mekah, padahal posisi terminal di sebelah utara. Sementara di luar padatnya manusia sungguh luar biasa, mengalahkan padatnya manusia pada acara 212 di Monas.
Petugas atau askar tidak banyak membantu karena tidak mengerti bahasa Inggris, sementara kita tidak bisa diam di tempat lama-lama karena dorongan dari orang lain di sekitar kita.
Akhirnya saya putuskan masuk kembali ke masjid menuju ke arah utara. Perjalanan cukup panjang dan berliku mencari pintu keluar sesuai nomor, karena di selatan baru masuk pintu 31 sementara pintu keluar ke terminal masih 130 tiang lagi.
Itupun tidak selalu berurutan, kadang disela oleh ruangan dan masih disekat akibat sedang perluasan masjid sehingga harus berputar mencari jalan lain. Alhamdulillah setelah setengah jam jalan ketemu juga pintu nomor 164. Lega rasanya menemukan jalan keluar di tengah labirin masjid yang luasnya melebihi lapangan Monas.
Selesailah sudah rangkaian awal ibadah haji dengan melaksanakan umroh wajib di hari pertama. Kenikmatan mengelilingi Ka'bah dan mengeksplorasi Masjidil Haram mengalahkan rasa lelah setelah seharian penuh berada dalam pesawat dan bis tanpa istirahat cukup. Tidurpun nyenyak untuk persiapan wukuf di Arafah pada hari Sabtu besok. Kotoran burung jadi kenangan tak terlupakan selama beribadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H