Walaupun sekarang rata-rata ponsel sudah punya dual SIM card, tetap saja sulit untuk memilah mana kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis karena hanya satu akun yang bisa dipakai dalam satu ponsel. Bisa saja yang satu lagi khusus untuk hiburan setelah stress mengurusi bisnis atau pekerjaan.
Memang sulit membedakan antara keinginan dengan kebutuhan. Semakin tinggi gaji dan jabatan, semakin tinggi pula kebutuhan (atau keinginan) masing-masing.Â
Kadang jabatan tinggi tapi penghasilan ternyata pas-pasan memaksa kita untuk mengambil kredit demi meningkatkan performa diri di depan klien atau anak buah.Â
Malah ada perusahaan yang menyuruh para manajernya untuk mengambil kredit mobil untuk meng-upgrade penampilan di depan mitra bisnis, dengan iming-iming bantuan uang muka dan cicilan lunak dari perusahaan tersebut.
So, bagaimana memilah keinginan atau kebutuhan agar tidak terjerat utang?
Pertama, ikuti ketentuan BI bahwa besaran cicilan maksimal sepertiga dari penghasilan pokok plus tunjangan dan lain sebagainya.Â
Kalau memang masih mampu mencicil silakan saja sepanjang tidak mengganggu pengeluaran sehari-hari baik untuk diri sendiri maupun keluarga (bila sudah menikah dan atau punya anak).Â
Banyak orang memaksakan diri lolos dari BI checking dengan berbagai cara demi mendapatkan utang, padahal sebenarnya justru akan menjerat dirinya sendiri di kemudian hari.
Kedua, utamakan kebutuhan primer terlebih dahulu. Misalnya belum punya rumah, daripada uang habis untuk membayar kontrakan lebih baik dialihkan untuk membayar cicilan.Â
Mobil bisa jadi barang primer atau sekunder, tergantung frekwensi penggunaan. Kalau masih berdua motor sudah cukup untuk mengantar kesana kemari.Â
Lagipula sekarang sudah banyak ojek atau taksi online, tinggal pesan lalu berangkat. Kalau penggunaannya kurang dari seminggu sekali, sebaiknya tunda dulu keinginan membeli mobil, karena tetap saja harus dipanaskan walau tidak digunakan dan uang habis hanya untuk biaya perawatan saja.