Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Memilah Keinginan atau Kebutuhan, Syarat Utama Berutang

30 Juli 2019   10:14 Diperbarui: 30 Juli 2019   10:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jeratan Hutang (Sumber: uangteman.com)

Zaman dulu utang merupakan cara cepat untuk menutupi kebutuhan yang belum mampu diimbangi oleh penghasilan. Utang juga bisa menjadi tambahan untuk usaha bila kekurangan modal. 

Namun utang untuk konsumsi, dalam hal ini dalam bentuk kredit, baru marak terjadi pasca krisis ekonomi 1998 yang meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian negeri ini.

Saya masih ingat ketika kecil dulu, membeli mobil dan tanah merupakan hal yang mudah dan terjangkau karena gaji orang tua cukup dan harga barang-barang tersebut masih sangat murah. 

Dengan gaji 250 Ribu per bulan saja sudah bisa menabung dan membeli tanah seharga seribu per meter di pinggiran kota dan mobil seharga 4 juta Rupiah. Bayangkan sekarang dengan gaji fresh graduate 8 juta saja sulit untuk menabung demi membeli rumah dan mobil yang harganya rata-rata 300 jutaan.

Gaji naik mengikuti deret hitung, sementara harga barang naik mengikuti deret ukur. Harga barang makin tak terjangkau oleh penghasilan membuat banyak orang terperangkap utang dalam bentuk kredit konsumsi. 

Anehnya zaman sekarang justru lebih mudah mendapatkan barang dalam bentuk kredit daripada beli kontan. 

Kemudahan mengambil kredit semakin membuat keinginan untuk membeli barang tinggi, padahal belum tentu butuh-butuh amat. Apalagi dengan dukungan teknologi informasi, fintech semakin merajalela tak terkendali yang berujung pada jeratan utang yang makin melilit leher.

Gaji pas-pasan sementara kebutuhan (atau keinginan) tinggi membuat kita harus lebih bijak dalam mengeluarkan uang, apalagi bila harus berutang. 

Sebuah barang, misal ponsel, bisa jadi kebutuhan atau keinginan, tergantung bagaimana cara memandangnya. Kalau belum punya sama sekali, bisa jadi ponsel merupakan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan pemberi kerja atau rekan bisnis. 

Tapi bisa jadi pula memang tidak diperlukan sepanjang sudah memiliki komputer yang terhubung dengan internet atau bisa berkomunikasi tanpa harus melalui ponsel.

Kalaupun sudah punya satu ponsel, bisa jadi tetap butuh khusus untuk usaha atau bisnis yang berbeda dengan ponsel untuk keperluan pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun